Jumat, 15 Januari 2010

JANGAN MEREMEHKAN PEREMPUAN


Hindu berbeda dengan agama-agama Abrahamik yang cenderung menempatkan Tuhan sebagai pribadi maskulin dan paternalistik yang tidak memberikan tempat vital bagi perempuan. Kita bisa lihat dalam sejarah, bagaimana para pengikut tuhan maskulin ini memusnahkan pemujaan kepada Dewi, divinitas feminin, dan menganggap mereka yang memujanya sebagai kafir. Hindu menginsafi Tuhan sebagai Kesempurnaan Yang Mahalengkap. Impersonal juga Personal. Tidak laki-laki, tidak perempuan, namun sekaligus juga adalah Prinsip Kelaki-lakian Tertinggi (sebagaimana Narayana bagi Vaishnava dan Siva bagi Saiva, yang disimbulkan dengan Lingam) dan Sang Ibunda Tertinggi, Perempuan Yang Paling Awal (Sri atau Mahalaksmi bagi Vaishnava dan Shakti bagi Saiva, yang disimbulkan dengan Yoni).

Siva-sakti

Sri Laksmi Tantram merupakan salah satu kitab Pancaratra-agama yang digunakan oleh golongan Vaishnava. Sebagaimana namanya, kitab ini memuliakan Mahalaksmi sebagai bagian tak terpisahkan dari Narayana, Tuhan Tertinggi dalam Vaishnavisme. Selain merupakan Kebenaran Mutlak Tertinggi dalam Pribadi Pasangan Rohani Yang Mahalengkap, Sri Sri Laksmi Narayana dalam teologi Vaishnava, maka Mahalaksmi juga dipandang sebagai Tuhan dalam sisi feminin-Nya atau “Tuhan Perempuan”. Konsep Ketuhanan semacam ini hampir tidak ada di luar agama Veda.

Sri Laksmi Tantram diturunkan oleh Sang Ibunda Tertinggi secara langsung kepada Indra, Raja Para Deva, istimewanya juga mengungkapkan makna rahasia yang terkandung dalam mantra-mantra Veda utama seperti Purusha-suktam dan Sri-suktam (pada Adhyaya ke-50 dari total 57 Adhyaya-nya). Keistimewaan lainnya adalah Sri Laksmi Tantram “terungkapkan pada dunia” berkat keinsafan atau pencerahan yang dicapai oleh seorang perempuan juga yaitu Anusuya, istri dari Maharishi Atri. Jadi Laksmi Tantram adalah literatur Pancaratra-agama yang unik, karena memuliakan “Tuhan Perempuan”, Sri Mahalaksmi, diungkapkan oleh Sri Mahalaksmi Sendiri, dan kemudian hadir di dunia ini berkat seorang perempuan.

Pada Sri Laksmi Tantram Adhyaya 1, mantra 3-6 terlebih dahulu mengungkapkan kemuliaan Atri sebagai salah satu Rishi dalam Veda. Pravara atau “keturunan rohani” Atri disebut Aatreya. Beberapa yang paling termashyur dalam Pravara ini adalah Sutrakara Bhaudhayana, Katyayana, Apasthambha, dan Laukakshi. Secara umum ada 407 Rishi yang “melihat” Rig-veda mantram (mantra-drishta). Maharishi Atri dan Pravara-nya (Aatreya) terutama mengungkapkan Mandala ke-5. Maharishi Atri dijelaskan sebagai seorang yang telah menaklukkan semua dorongan indera jasmaninya secara sempurna, sang bijak yang merupakan Parama-yogi menguasai keseluruhan 14 bagian Yoga-sastram (Yoga-sutra Patanjali Adhyaya ke-2 yang disebut Sadhana-pada membahas 11 dari 14 bagian ini). Beliau juga termashyur tak pernah goyah dalam usahanya menyerap Pengetahuan Sejati (Brahma-jnanam). Atri telah memusnahkan seorang Asura bernama Svarbhanu yang dengan kekuatan jahatnya ingin mengacau alam semesta dengan menghancurkan matahari. Beliau melakukan itu hanya dengan kekuatan pikirannya saja yang berada dalam kesempurnaan tapa. Sekalipun beliau seorang Grihastha (orang berkeluarga), namun beliau tidak terpengaruh Triguna, yaitu kebaikan relatif, nafsu, dan kebodohan atau kegelapan batin (sehingga diberi nama Atri). Sang Maharishi telah melampaui ketiga keberhasilan dalam hidup (Dharma, Artha, dan Kama), telah mencapai Moksha dan adalah seorang Rishi yang kekal abadi. Demikianlah keagungan dan pencapaian spiritual Maharishi Atri, sehingga sungguh konyol jika kita memperbandingkan para Rishi Veda seperti Atri dengan para nabi dalam agama lain, apalagi menganggapnya sama dengan manusia biasa seperti kita. Oleh pengaruh cara berpikir empiris orang Barat, banyak orang beranggapan bahwa bagian Veda tertentu, misalnya Smriti, bisa saja salah karena disusun berdasarkan ingatan para Rishi, bukan revelasi langsung. Sekalipun Smriti-sastra mungkin hasil ingatan para Rishi, tetapi kesalahan macam apa yang bisa dibuat oleh seseorang yang mampu memusnahkan seorang Asura hanya dengan kekuatan pikirannya saja?

Setelah memuliakan Atri, mantra 7-9 menggambarkan keagungan Dharmapatni-nya, sang istri Anusuya. Anusuya adalah sesempurnanya seorang perempuan yang terbaik sebagai istri. Yang tertinggi di antara Pati-vrata (sang istri setia maha-utama). Yang telah mendapatkan kedudukan sebagai Ibunda dari Tiga Devata (Brahma, Vishnu, dan Siva dahulu menguji kesetiaan Anusuya dengan menyamar sebagai tiga orang brahmana muda yang meminta makanan namun harus disajikan oleh Anusuya tanpa busana. Permintaan brahmana pantang ditolak, maka Anusuya dengan kekuatan kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istri memercikkan air ke arah Tiga Devata dan mengubah Mereka menjadi bayi. Anusuya lalu menyusui Mereka Bertiga). Anusuya adalah seorang perempuan yang dipuji bahkan oleh para Deva, bercahaya gemilang oleh kekuatan tapanya, mencapai kemaha-tahuan, memahami secara sempurna semua Dharma-sastra, dan memperoleh segala ilmu melalui pelayanannya kepada suami.

Mantra 10-16 mengungkapkan bagaimana Anusuya bersujud kepada suaminya dan memohon pengetahuan rahasia ini. Dia berkata, “Oh Bhagavan, junjunganku yang maha-mengetahui, Guru dari para bijak. Anda sudah mengungkapkan semua sastra dan memberkati hamba dengan berbagai upadesham (ajaran suci). Hamba telah memahami dengan jelas intisari segala pengetahuan dan juga “buah” yang mereka hasilkan. Menurut hemat hamba dari semuanya tidak ada yang sebaik Bhagavata-dharma, dan Pancaratra-agama adalah yang termulia. Walau demikian dalam upadesham-mu hamba memperhatikan satu hal. Kapanpun Anda menguraikan Bhagavata-dharma, sungguh mengejutkan karena Anda tidak pernah menyinggung Vaibhavam (uraian kemuliaan dan kebenaran sejati) mengenai Mahalaksmi. Sejauh ini Anda belum pernah menjelaskan secara terperinci bagian-bagian sastra suci yang berkaitan dengan Mahalaksmi-tattva, apakah karena topik ini demikian rahasia ataukah karena hamba tidak pernah mempertanyakannya kepada Anda? Hamba sangat ingin memahami Mahalaksmi Vaibhavam yang sangat istimewa itu. Siapakah sejatinya Beliau itu (svarupa), bagaimana Beliau mengungkapkan Diri-Nya, apakah sumber-sumber Pramana yang dapat memahami Beliau, apakah Inti Terdalam dari Beliau, bagaimanakah cara mencapai-Nya, dan apakah yang kita dapatkan dengan Beliau sebagai Rakshaki (Pelindung) kita? Anda adalah Acharya dan juga suami hamba yang termulia! Anda menguasai berbagai Brahma-vidya untuk mencapai Parambrahman dan juga mahir dalam semua tattva. Maka berkatilah hamba yang bersujud di hadapan Anda demi memahami jalan sejati, pengetahuan rahasia tentang Mahalaksmi.”

Delapan manifestasi Laksmi (Asta-laksmi)

Puas mendengar pertanyaan ini dari istrinya, dengan penuh sukacita Sang Maharishi menjawab sebagaimana dijelaskan dalam mantra ke 17-20. “Sayangku, yang mahir segala dharma dengan sempurna. Engkau sudah mengingatkanku akan ajaran yang belum kuberikan selama ini. Aku menunggu engkau bertanya mengenai hal ini. Oleh karena itu kinilah saatnya aku memberikan upadesham atas Mahalaksmi-tattva. Wahai yang terkasih, ketahuilah bahwa kemuliaan Sang Ibunda dijunjung di atas kepala semua Upanishad, mahkota semua Veda. Mahalaksmi-tattva bersemayam secara kekal dalam Veda-sirah (puncak kepala Veda). Kini engkau memiliki adhikara (pancapaian spiritual yang memberikan kepantasan) untuk mendengarnya berkat pertapaan dan kesetiaanmu yang tiada bandingannya. Suatu ketika Maharishi Narada juga ditemui oleh para Rishi dari Malaya-desham yang memiliki pertanyaan sama denganmu. Mereka adalah para Brahma-jnani (orang-orang yang sudah mencapai pencerahan tentang Brahman), ahli yang terpercaya dalam mengajarkan Bhagavata-dharma (Pancaratra-sastram), dan adalah pelaksana berbagai Yajna yang paling dimuliakan.”

Dari uraian di atas kita memahami bagaimana pada masyarakat Veda, seorang perempuan bisa memiliki pemahaman sempurna atas segala pengetahuan. Tanpa pertanyaan dari Anusuya, maka dunia tidak akan pernah mendapatkan pengetahuan Sri Laksmi Tantram ini. Bahkan suaminya sendiri dengan jujur mengakui bahwa istrinya telah memiliki adhikara atau kepantasan untuk menerima ajaran suci yang sangat rahasia, tersimpan dalam puncak semua Upanishad. Tanpa ragu dia memuji istrinya, memperbandingkannya dengan para Rishi dari Malaya-desham yang menemui Maharishi Narada dengan pertanyaan yang sama. Singkatnya beliau mengatakan bahwa kualitas spiritual istrinya adalah sama dengan para Rishi itu dan pertanyaannya membuktikan itu semua. Ajaibnya, Anusuya memperoleh pencerahan rohani yang sangat tinggi itu berkat kekuatan pertapaannya sebagai Pati-vrata.

Pati-vrata dimaknai sebagai seorang istri yang melaksanakan kewajibannya dengan sangat sempurna, tulus, dan penuh kesetiaan. Anusuya adalah contoh sebaik-baiknya seorang Pati-vrata. Ada perempuan yang berusaha mencapai keberhasilan dalam hidupnya, seperti dalam karir atau pendidikan, namun mengabaikan kewajibannya terhadap keluarga. Ada pula perempuan yang sibuk melayani keluarganya tanpa memperdulikan perkembangan dirinya sendiri. Tetapi dalam Veda, kaum perempuan diharapkan dapat seperti Anusuya, sempurna dalam keduanya. Suaminya adalah Rishi agung Atri, anak-anaknya adalah Tri Natha atau Tiga Devata Sendiri yang dipuja oleh seluruh alam semesta, dan dirinya sendiri adalah seorang yang tercerahkan, memahami semua pengetahuan, dan menguasai segala ilmu. Tentu pada jaman ini sangat sulit menemukan pribadi seperti mereka, bahkan tidak mungkin! Namun ini menunjukkan bagaimana Veda memuliakan potensi yang dapat dimiliki seorang perempuan. Kaum laki-laki, dalam hal ini dicontohkan oleh Atri sebagai suaminya, bukan saja tidak menghalangi kemajuan istrinya, tetapi justru dengan jujur memujinya, merayakan pencapaiannya dan mendukungnya untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.

Pengetahuan, bahkan yang paling rahasia sekalipun dalam Veda, tidak dimonopoli oleh kaum laki-laki saja. Di sisi lain perempuan juga bukan sekedar pendamping dan pelengkap seorang laki-laki seperti dalam ajaran agama lain. Potensinya sangat besar dan perannya begitu vital. Bayangkan saja apabila Anusuya hidup seperti perempuan-perempuan di Negara-negara berideologi tertentu yang dijauhkan dari pendidikan. Lalu laki-lakinya hanya hidup seperti binatang tanpa pencerahan rohani apapun, tetapi hanya menuntut pelayanan dari lawan jenisnya dalam hal-hal badaniah saja. Kita tidak akan pernah mengetahui Sri Laksmi Tantram ini!

Tentu saja Sri Laksmi Tantram tidak sekedar membahas peranan wanita. Seperti diuraikan sebelumnya, ini adalah salah satu kitab ajaran rahasia (Rahasya-jnana-grantham). Dia mengungkapkan kesejatian tentang Mahalaksmi, Sang Devi, Kebenaran Tertinggi dalam Wujud Feminin-Nya, “Sosok Tuhan Perempuan”. Namun keberadaannya membuktikan betapa terhormatnya kedudukan dan pentingnya peran perempuan dalam Veda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking