Minggu, 10 Januari 2010

MAKNA NATARAJA


Nataraja, Raja Para Penari atau Sang Raja Yang Menari, adalah salah satu Rupa dari Hyang Siva yang paling terkenal. Beliau dipuja di kompleks pura agung Chidambaram, Cuddalore, India Selatan. Nataraja mempertunjukkan tarian kosmis-Nya dengan penuh kebahagiaan di Chidambaram, disaksikan oleh para rishi seperti Patanjali dan Vyaghrapadar, serta para deva yang dipimpin oleh Vishnu Sendiri. Pura Chidambaram juga termashyur dengan sesuatu yang disebut Rahasyam, Rahasia dari Chidambaram, yang sesungguhnya hanyalah berupa ruangan kosong, melambangkan kesadaran tertinggi yang paling murni, dimana Chidambaram sendiri berarti Angkasa Kesadaran. Hanyalah dalam kesadaran murni yang berada di lubuk hatinya seorang pemuja dapat mengalami Tuhan secara langsung. Jadi di Chidambaram, simbol ruangan kosong ini mewakili berkembangnya kesadaran murni, yang harus dicapai oleh para Bhakta di dalam hatinya. Nataraja yang menari di Chidambaram, adalah Tuhan yang direalisasikan oleh penyembah-Nya dalam hatinya yang telah disucikan.

Tarian Nataraja dikenal sebagai Tandava-nrutya atau sering juga disebut dengan Tarian Kosmis. Tarian ini merupakan gerakan berirama dari alam semesta. Sesungguhnya setiap planet dan setiap atom yang terkecil melakukan gerakan berirama yang sama. Ini bukanlah gerakan yang kacau, tetapi sebuah gerakan yang teratur, diarahkan dan dikendalikan oleh suatu prinsip cerdas yang tak terlihat. Bahkan saat ini para ilmuwan sudah mulai meyakini bahwa alam semesta merupakan suatu tatanan teratur yang cerdas. Segala sesuatunya terkendali bukan terjadi secara kebetulan. Sebuah buku baru-baru ini yang berjudul “The Intelligent Universe” oleh Sir Fred Hoyle, F.R.S. dari Universitas Cambridge menyatakan pandangan tersebut. Dengan demikian sesungguhnya alam semesta ini tidaklah bekerja atau berjalan hanya karena hukum fisika atau kimia belaka. Sehingga kita perlu mengetahui siapakah yang berada di balik keteraturan alam semesta ini.

Hindu, khususnya Saivisme, mengungkapkan pemahaman tersebut melalui konsep Nataraja. Rishi Thirumular yang hidup lebih dari seribu tahun yang lampau, dalam bukunya yaitu Thirumanthiram, mengatakan bahwa tarian Sivalah yang menggerakkan setiap partikel di alam semesta ini. Sehingga dengan demikian Sang Rishi sesungguhnya juga mengetahui bahwa alam semesta yang teratur ini dikendalikan oleh suatu prinsip perencana yang cerdas, yaitu Siva. Sang Rishi dalam pikiran supra-kesadarannya sudah menguak misteri alam semesta yang baru saja mulai ditemukan dan dikaji oleh para ilmuwan modern beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan konsep Intelligent Universe dan Intelligent Design sejak lama telah dihadirkan dalam keyakinan Hindu Saivisme sebagai Nataraja.

Bentuk atau citra dari Nataraja memiliki empat tangan. Pada tangan kanan atas, Beliau memegang genderang, udukkai atau damaru. Ini merupakan simbol suara, suara penciptaan. Veda menyatakan bahwa seluruh ciptaan ini berasal dari suara. Bahkan para ilmuwan modern sendiri mengakui bahwa ada suara ledakan ketika alam semesta tercipta, yang kita kenal sebagai teori Big Bang. Ini merupakan awal dari evolusi atau srishti. Tangan kiri atas Nataraja memegang kobaran api, simbol dari peleburan atau samhara, ketika seluruh alam semesta kembali ke asalnya. Tangan kanan bawah-Nya menunjukkan tanda jangan takut, meyakinkan para pemuja-Nya bahwa mereka yang berlindung kepada-Nya akan dibebaskan dari segala bahaya. Ini merupakan simbul pemeliharaan. Tangan kiri bawah Nataraja menunjuk ke arah kaki-Nya yang terangkat, mengamanatkan kepada umat-Nya agar berlindung dan menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi dalam Saiva-agama, Hyang Siva merupakan Pengendali Tertinggi Alam Semesta, pencipta, pemelihara, dan pelebur yang tunggal. Inilah yang diungkapkan oleh bentuk Nataraja.

Pada bagian bawah Nataraja terdapat seorang raksasa cebol tertelungkup, yang diremukkan oleh injakan kaki kanan-Nya. Makhluk ini melambangkan hancurnya ego dan sifat-sifat jahat makhluk hidup. Di bagian belakang Nataraja terdapat prabha yang terdiri dari 36 kobaran cahaya. Ini melambangkan 36 tattva atau tingkat-tingkat evolusi kesadaran roh menuju realisasi kesadaran kosmik yang berbuah Moksha atau pembebasan. Anting-anting yang digunakan oleh Nataraja ada dua jenis, yaitu anting-anting laki-laki dan perempuan, melambangkan kesatuan antara Siva dengan Sakti, Sumber Energi dan Energinya. Naga atau ular kobra yang melingkar di leher dan tangan-Nya menyatakan bahwa Siva tidak terpengaruh oleh kehadiran kekuatan jahat, yang sama sekali tidak bisa menimbulkan akibat apapun pada Tarian-Nya yang tak terbatas. Lingkaran kobra juga melambangkan bangkitnya Kundalini-sakti. Semua ini memusnahkan ketakutan dari hati para Bhakta-Nya, yang senantiasa terlindung dari segala bentuk kejahatan. Tidak ada setan atau iblis yang bisa mempengaruhi penyembah Siva, karena semua ini tidak mampu memberi pengaruh apa-apa. Siva tidak memiliki rival atau saingan, karena semua kekuatan berada di dalam diri-Nya.

Chidambaram, Angkasa Kesadaran Murni, Pura Siva yang terbesar di dunia, berusia ribuan tahun. Tempat perziarahan utama bagi para pemuja Siva

Menurut Ananda Coomaraswamy, makna penting tarian Siva ini ada tiga. Pertama, tarian ini merupakan citra dari aktivitas ritmik-Nya sebagai sumber dari segala gerakan di alam semesta. Kedua, tujuan dari tarian ini adalah untuk membebaskan roh-roh yang tak terhitung jumlahnya dari selubung khayalan. Ketiga, tempat dari berlangsungnya tarian ini adalah di Chidambaram, pusat kesadaran termurni alam semesta, yang tiada lain adalah hati para Bhakta. Kesimpulannya, tarian ini merupakan sintesis dari sains, agama, dan seni. Inilah sebuah puisi dari ilmu pengetahuan yang paling sejati.

Dalam dunia modern ini memang benar sains dan teknologi telah membantu umat manusia dalam memajukan pertanian, pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi, komunikasi, sumber energi, dan berbagai kemudahan material lainnya. Tetapi juga benar bahwa sains dan teknologi juga membawa ancaman yang nyata bagi keberadaan umat manusia, seperti adanya bahaya bencana nuklir. Kenapa kita harus dihadapkan pada kemungkinan timbulnya bencana-bencana seperti itu? Tak lain adalah karena kita mengabaikan pelaksanaan dharma, yang dapat menekan sifat kebinatangan dalam diri manusia. Sains dan agama tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi bagi para pencari kebenaran. Keserasian antara sains dan agama merupakan nilai yang dipahami oleh masyarakat Hindu sejak dahulu kala. Dalam Hindu, sains dan agama tidak dipisahkan atau saling dipertentangkan.

Sains mencari kebenaran melalui alam semesta duniawi atau eksternal, sehingga temuan-temuan sains berada dalam persepsi indera-indera kita. Agama, di sisi lain merupakan penyelaman terhadap sifat batiniah manusia, pikiran dan roh. Sains memusatkan perhatiannya pada dunia objektif sedangkan agama berurusan dengan dunia subjektif. Dengan sains kita mengenal alam semesta yang secara jasmaniah berada di luar diri kita, sehingga kita dapat hidup dengan baik di dunia ini. Tetapi melalui spiritualitas kita membuat hidup menjadi bermakna, dengan mengenal diri sejati kita dan Tuhan sebagai sumber semua keberadaan ini. Metodologi yang kita gunakan untuk menginvestigasi zat-zat duniawi yang kasar sama sekali tidak cukup dan tidak mampu mencapai roh dan Tuhan yang begitu halus. Proses investigasi ilmiah dapat dilakukan di sekolah dan universitas biasa, sedangkan hanya dengan doa, pemujaan, konsentrasi dan meditasi dalam keheningan kita dapat merasakan pengalaman rohani. Pengalaman rohani dan ekstasi relijius merupakan makanan yang menyokong kesadaran. Kita tidak bisa melupakan kebutuhan rohani ini dan hanya memikirkan pemenuhan kebutuhan badan saja.

Chit-sabha, Aula Kesadaran, tempat berlangsungnya tarian kosmis Siva di Chidambaram. Berada di bawah atap bergenteng emas padat.

Bersama dengan pengembangan sains demi menuju kehidupan duniawi yang lebih baik, kita juga harus meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk kontemplasi dan meditasi. Nataraja merupakan salah satu dari berbagai Rupa-Nya yang tak terbatas. Rupa ini menyatakan secara sempurna keserasian antara alam semesta, makhluk hidup, dan Tuhan. Ketika kita memuja Rupa Nataraja, kita menyadari hakikat sempurna ilmu pengetahuan, dimana sains, spiritualitas, dan seni menyatu bersama-sama dalam keselarasan tertinggi. Ketika umat Hindu bermeditasi pada Nataraja yang menari di Chidambaram, dia memusatkan kehidupannya untuk mewujudkan kesadaran murni di hatinya, agar Tuhan bersemayam di sana, dan memancarkan energi serta cintakasih-Nya ke semua makhluk dan seluruh alam semesta.

4 komentar:

  1. Banyak informasi menarik yang saya dapat disini, bolehkah isi blog ini saya copas ditempat lain tentu dengan mencantumkan sumbernya (disini)...???

    shanti... _/\_

    BalasHapus
  2. Guru..
    Saya ingin bertanya, mengapa krsna meminta baktanya yg paling tinggi, siwa, untuk menafsirkan weda dengan cara berbeda?
    Sehingga diturunkannya filsafat mayavada?
    Dan walau begitu sang vaisnava agung tetap tak tercela karena itu merupakan wujud bati kepadaNya
    Apakah ini untuk menguji ketulusan cinta para baktanya yang lain... Apakah alasan ini ada di dalam sastra?

    Ade wisnu
    Murid yang sangat bodoh

    BalasHapus
  3. Guru, saya mau bertanya. Pada saat meditasi di pura, saya tiba tiba menari, saya tidak tau tarian itu, tapi teman saya bilang saya menari tarian siwanataraja. Apa maksudnya ini,??? kenapa saya bisa menari tarian ini ???

    BalasHapus

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking