Ada ajaran agama tertentu yang meyakini bahwa kesenian seperti musik, nyanyian, tari-tarian, lukisan, ukiran, dan sebagainya adalah berasal dari setan. Sehingga para penganutnya tidak dapat menghargai lagi kesenian dan kebudayaan warisan nenek moyang sebelum agama tersebut diajarkan dan dianut oleh para keturunannya. Sangat mudah bagi mereka membuang segala jenis kesenian yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama barunya, tanpa memikirkan betapa pentingnya melestarikan budaya leluhur yang begitu indah. Berbeda dengan agama-agama ini, dalam Hindu kesenian dan budaya tak dapat dipisahkan dari hidup keagamaan. Khususnya di India Selatan, tempat kebudayaan Veda masih bertahan dengan keaslian bentuknya selama ribuan tahun, seni budaya mendapat tempatnya yang sangat terhormat.
Bagi umat Hindu dari India Selatan dan terutama bagi para Vaishnava sebagaimana yang kami ketahui, seni budaya salah satunya musik, adalah bagian yang sangat penting dalam kuil-kuil kita. Dia membawa pemuja menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Musik-musik kuil begitu manis bagi telinga dan begitu menyejukkan hati. Agama-sastra atau Tantra-sastra merumuskan berbagai kidung-kidung pujian Veda yang berbeda-beda untuk dinyanyikan selama melaksanakan berbagai ritual pemujaan di kuil. Lagu-lagu Veda diatur dalam suatu pola khusus yang disebut Devapani. Veda Sama Ganam (Sama Veda) adalah naskah musikal yang menjadi asal muasal semua jenis musik klasik India. Pengidungan Sama Ganam merupakan bagian yang esensial dari pemujaan sehari-hari di kuil-kuil. Alat-alat musik yang berjenis-jenis, dipelihara dalam kuil adalah untuk mengiringi lagu-lagu suci ini. Ketika Suprabhatam pada pagi hari, Yang Mahakuasa dibangunkan dengan irama musik dan setelah menghias Citra Suci-Nya dengan berbagai busana dan bunga-bungaan, mantra Veda tertentu yang disebut Mantra-pushpam dinyanyikan oleh sekelompok pendeta. Setelah itu Nadaswaram dan Tavil, dua alat musik yang sangat khas dari India Selatan, akan dimainkan untuk menghibur Tuhan. Biasanya tidak ada ritual apapun yang dilaksanakan tanpa iringan musik dan lagu-lagu dari Veda. Pemujaan akan dilakukan empat kali dalam sehari dan tiap kalinya selalu diiringi dengan musik. Pada saat upacara Abhisekam, upanisad-upanisad akan didaraskan disertai alunan merdu berbagai alat musik seperti nadaswaram dan sebagainya. Ketika Arca dibawa berpawai keluar kuil juga diiringi berbagai jenis tetabuhan. Pada saat pemujaan terakhir pada malam hari (Ekantha Seva), Yang Mahakuasa juga dibuai alunan suara musik yang menyenyakkan.
Musik klasik India bersifat kebaktian dan mengandung semangat pengabdian kepada Tuhan. Sepanjang periode Veda sampai jaman musik klasik, telah berkembang ribuan pemusik yang menggubah dan menyanyikan berjuta lagu-lagu kebaktian rohani untuk memuliakan Tuhan. Setelah bangkitnya gerakan bhakti, semangat pengabdian orang-orang mulai berkobar-kobar dan lagu-lagu rohanipun menjadi sangat terkenal. Adalah pada abad ke-10 seorang pemusik suci dan filsuf yang agung bernama Sri Nathamuni tertarik dengan lagu-lagu dari Nammalvar yang pernah didengarnya tengah dinyanyikan sekelompok pemusik dari pedalaman India Selatan. Terilhami oleh musik dan irama yang begitu indah dari lagu-lagu yang sangat kuno ini, membuatnya lebih tertarik lagi untuk berusaha mengumpulkan karya-karya sebelas Alvar lainnya yang hidup dalam berbagai abad. Dia berhasil mendapatkan 4000 lagu semacam itu dan menyusunnya menjadi sebuah kitab yang bernama Divya Prabandham, Kitab Kumpulan yang Suci.
Sri Ramanuja, pelopor pembangkit dan penggerak bhakti-vedanta setelah memantapkan filsafat Visishta-advaitanya menemukan bahwa sesungguhnya kumpulan 4000 lagu 12 Alvar ini tiada lain adalah refleksi langsung dari pemikiran-pemikiran Veda yang mendalam dan lagu-lagu Nammalvar disebut sebagai Thiruvaymozhi, Lagu Suci Yang Mahakuasa, karena mereka merupakan intisari dari Sama Veda. Sri Ramanuja setelah memantapkan filsafat Visishta-advaita kemudian berkeliling India menyebarkan dan membangkitkan kembali gerakan bhakti. Beliau mengadakan reformasi di hampir semua kuil, terutama yang disebutkan sebagai 108 Divyadesam (106 ada di bumi) dalam karya-karya para Alvar. Dia juga menegaskan bahwa lagu-lagu Divya Prabandham yang ditulis dalam bahasa Tamil tidaklah lebih rendah nilainya dari Veda-mantra, oleh karena itu hendaknya dinyanyikan oleh sekelompok Prabandha Adhyapaka dalam setiap pemujaan harian dalam kuil-kuil terutama di India Selatan. Dengan demikian Divya Prabandham memperoleh kedudukannya sebagai Dravidavedam, Veda dari Negeri Selatan. Divya Prabandham sendiri kemudian menjadi inspirasi bagi para penyair dan penggubah lagu rohani selama berabad-abad setelahnya.
Pada Kaliyuga ini, dikatakan bahwa menyanyikan dan memuji kemuliaan nama suci Tuhan adalah sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai kesempurnaan. Tuhan Srinivasa (Venkateshvara), yang berstana di Bukit Suci Thirumala, tempat perziarahan paling terkenal bagi umat Hindu terutama yang berasal dari India Selatan, telah sejak lama menjadi pusat pemujian oleh para Alvar, Acarya, dan penyair-penyair suci. Bagian-bagian dari Nalayira Divya Prabandham yang mengandung lagu-lagu dari para Alvar setiap hari dinyanyikan di hadapan Beliau. Salah satu Alvar, yaitu Sri Kulasekharan dalam syair-syairnya mengungkapkan keinginannya untuk terus-menerus lahir kembali di bukit Thirumala. “Apapun wujudnya, entah menjadi apapun, dengan cara apapun! Entah itu sebagai ikan, atau semak belukar, atau kerikil, ataupun bebatuan!” Keinginan satu-satunya hanyalah agar dapat selalu berkumpul dengan Thirumala dan para Bhakta. Cintanya kepada Tuhan memuncak dan berkobar-kobar menjadi hasrat yang tak tertahankan. Tuhanpun mengabulkan permohonannya ini. Tangga berlapis lempengan emas yang berada di dalam Garbhagriha (Ruang Mahasuci) kuil Thirumala disebut Kulasekharapadi, Tangga Kulasekhara. Di sinilah Sang Alvar dikenang selama-lamanya.
Tamil Prabandham dan Tuhan Sri Srinivasa kemudian juga mengilhami Tallapaka Annamacarya dalam menyanyikan lagu-lagu gubahannya dalam bahasa Telugu dan Sanskrit. Dari sekitar 32000 lagu yang digubah olehnya, saat ini hanya tersisa 12000 saja. Lagu-lagu Kirtana seperti ‘Brahma Kadigina Padamu’ dan ‘Adivo Alladivo Shri harivasamu’ sangatlah terkenal bahkan sampai sekarang. Pengaruh kebaktian kepada Sri Srinivasa dapat pula dilacak pada ribuan lagu yang dinyanyikan oleh penyembah yang sangat terkenal, Sri Purandaradasa. Hanya beberapa ratus saja lagu-lagunya dalam bahasa Kannada yang sekarang tersisa. ‘Dasana Maadiko Ena’, ‘Nambide Ninna Paadava Venkataramana’, adalah beberapa dari lagunya yang sangat berharga. Sri Srinivasa juga membuat pemuja Sri Rama yang melegenda, Swami Thyagaraja, penulis lebih dari 4000 lagu, turut mencurahkan hatinya dalam bhakti yang tak terbatas kepada-Nya. ‘Tera Teeyagarada’, ‘Venkatesha!’, ‘Ninnu Sevampinu’, adalah sebagian dari karya-karya kebaktiannya yang termashyur bagi Tuhan dari Bukit Venkata.
Tuhan telah memperkaya seluruh segi pendekatan bhakti dengan perantaraan musik yang indah, jalan yang termudah untuk menuju kepada-Nya. Veda tidak mematikan kreativitas seni mereka yang meyakininya. Justru setiap orang digugah untuk berkarya, menyatakan kecintaannya kepada Tuhan dengan bentuk kesenian yang paling indah. Kebudayaan asli daerahpun juga dikembangkan, terbukti dari dinyanyikannya kidung-kidung berbahasa selain Sanskrit seperti Tamil, Telugu, Kannada, dan lain-lain bersama-sama dalam upacara di kuil. Bagi umat Hindu, Tuhan memberikan banyak cara dan kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan-Nya. Hal ini telah dibuktikan oleh para rohaniwan agung dari segala abad. Sungguh kita bersyukur atas anugerah-Nya yang istimewa ini, kini dan untuk selama-lamanya.
Gita Jayanti 11 Dec 2024: గీతా జయంతి
-
Gita Jayanti 2024: గీతా జయంతి ఎప్పుడు..?.. దీని విశిష్టత.. ఆ రోజున
ఏంచేయాలో తెలుసా..?
Gita Jayanti tradition: మాసాలన్నింటిలోను మార్గశిర మాసం శ్రీ మహావి...
18 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar