Minggu, 08 November 2009

SIFAT-SIFAT JIVA

Jiva atau spiriton adalah partikel atom yang sadar. Keberadaan sang jiva tidak dapat dideteksi dengan cara ilmiah atau dengan cara material apapun. Keberadaan sang jiva hanya dapat dipahami dengan adanya kesadaran. Dalam Svetasvatara Upanisad 5.9 dijelaskan ukuran jiva adalah sebesar sepersepuluh ribu dari ujung rambut

balagra-sata bhagasya satadha kalpitasya ca
bhago jivah sa vijneyah sa canantyaya kalpate
Jika kita membagi ujung dari sehelai rambut menjadi seratus bagian dan dari satu bagian itu dibagi menjadi seratus bagian lagi, maka sepersepuluh ribu dari ujung sehelai rambut itulah dimensi dari jiva atau makhluk hidup, dan makhluk hidup ini mampu mencapai Tuhan Yang Tak Terhingga.

Bagaimana mungkin suatu yang tak dapat dipersepsi secara duniawi bisa memiliki ukuran? Ini menyatakan bahwa jiva, sekalipun tidak dapat dipahami melalui cara-cara duniawi yang kasar adalah suatu kenyataan. Dia memiliki sifat pribadi yang nyata, bukan semata sesuatu yang bersifat imajiner atau bermakna filosofis belaka. Unit yang nyata dan sadar ini, sekalipun memiliki dimensi yang begitu kecil, namun dia merupakan bagian dari Sang Sumber Yang Tiada Batasnya. Oleh karena itu secara alamiah dia memiliki potensi untuk kembali bersama Sumber yang menjadi Asalnya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Sang Jiwa Utama.

Dalam Bhagavad-gita 15.7
mamaivamso jiva-loke jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani prakrti-sthani karsati
Para makhluk hidup yang terikat di dunia yang terikat ini adalah percikan yang kekal dari Diri-Ku. Oleh karena kehidupan yang terikat mereka berjuang sangat keras sekali melawan (dorongan) enam indria, termasuk pikiran.

Bhagavad-gita 2.20
na jayate mriyate va kadacin nayam bhutva bhavita va na bhuyah
ajo nityah sasvato 'yam purano na hanyate hanyamane sarire
Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang jiwa pada saat manapun. Dia tidak diciptakan pada masa lampau, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dia tidak dilahirkan, berada untuk selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh bila badan terbunuh.

Bhagavad-gita 2.23
nainam chindanti sastrani nainam dahati pavakah
na cainam kledayanty apo na sosayati marutah
Sang jiwa tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian oleh senjata manapun, dibakar oleh api, dibasahi oleh air maupun dikeringkan oleh angin.

Bhagavad-gita 2.24
acchedyo 'yam adahyo 'yam akledyo 'sosya eva ca
nityah sarva-gatah sthanur acalo 'yam sanatanah
Jiwa yang individual ini tidak dapat dipatahkan ataupun dilarutkan, tidak dapat dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada di mana-mana, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk selamanya.

Jiva atau atma yang merupakan percikan sekecil atom dari Tuhan Sendiri berada dalam setiap bentuk kehidupan

Segala kualifikasi jiwa yang sekecil atom tersebut membuktikan dengan pasti bahwa sang jiwa yang individual untuk selamanya menjadi butir seperti atom dari keseluruhan keberadaan rohani dan ia tetap menjadi atom untuk selamanya tanpa perubahan.

Bhagavad-gita 13.33.
yatha sarva-gatam sauksmyad akasam nopalipyate
sarvatravasthito dehe tathatma nopalipyate
Oleh karena angkasa bersifat halus, angkasa tidak tercampur dengan apapun, kendatipun angkasa berada di mana-mana. Begitu pula sang jiwa yang mantap dalam penglihatan Brahman tidak tercampur dengan badan walaupun ia berada dalam badan.

Brahma-sutra 2.3.24
gunadvalokavat
Seperti halnya api menerangi sebuah ruangan begitu juga jiva menerangi badan dengan sifat kecerdasannya.

Vedanta menjelaskan bahwa kesadaran adalah di luar pikiran dan kecerdasan. Vedanta juga memberikan hierarki sebagai berikut (Bhagavad-gita 3.42) :

indriyani parani ahur
indriyebhyah param manah
manasas tu para buddhir
yo buddheh paratas tu sah

Indria-indria yang bekerja, lebih halus daripada alam yang bersifat mati ataupun objek indria. Pikiran lebih tinggi atau halus daripada indria-indria, kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran dan dia atau sang jiwa atau jivatma lebih tinggi daripada kecerdasan.
Interaksi antara kesadaran dengan kecerdasan, pikiran dan indria-indria dijelaskan dalam Katha Upanisad 1.3; 3-4 sebagai sebuah kereta imajiner sebagai berikut :
atmanam ratinam viddhi, sariram ratham eva ca,
buddhim tu saratim viddhi, manah pragraham eva ca
indriyani hayan ahur, visayams tesu gocaran,
atmendrya-mano-yuktam, bhoktety ahur manisinah
Individu adalah sang penumpang dalam kereta badan material, dan kecerdasan adalah kusirnya. Pikiran adalah tali kekangnya, sedangkan indera-indera adalah kuda-kuda dari kereta itu. Seperti itulah hal ini dimengerti oleh para pemikir yang mulia.

Lebih lanjut Vedanta menyebutkan bahwa spiriton atau partikel spiritual (jiva) memiliki identitas sebagai berikut :
1. Dia adalah energi spiritual yang berbeda dari energi material
2. Dia adalah partikel spiritual dan berbeda dari materi secara ontologikal
3. Hanyalah karena interaksi antara spiriton (jiva) dan elemen material, sehingga tubuh material kelihatan menjadi aktif atau hidup.
4. Jiwa memilki sifat dasar : a) kesadaran; b) keinginan bebas; c) niat; dan d) tujuan
5. Jiwa berada di luar persepsi panca indera biasa dan dapat dibuktikan. Kesadaran adalah gejala kehidupan yang paling dapat dirasakan keberadaanya sebagai bukti adanya spiriton, sedangkan materi yang kompleks dapat dilihat secara nyata tapi tidak mempunyai kesadaran.
6. Keberadaannya kekal dan dia tidak dapat diciptakan atau dihancurkan
7. Dia mempunyai keinginan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
8. Dia memiliki keinginan untuk bahagia
9. Dia memiliki kekuatan yang menarik bukan hanya antar makhluk individu saja tapi juga dengan materi. Sebagai contoh kekuatan yang menarik antara ibu dan bayinya adalah karena adanya interaksi dari jiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking