Pengetahuan sejati apapun dalam Veda maupun spiritualisme pada umumnya, maka sungguhlah tidak mungkin bisa dimengerti jika kita tidak memahami dengan tepat dan benar berdasarkan filosofi Veda tentang subyek Jiva-tattva. Jiva-tattva adalah pengetahuan mendasar mengenai keberadaan diri sejati kita. Inilah yang didengungkan selama ini sebagai mengenali diri sendiri. Menjawab pertanyaan paling umum dalam penjajakan spiritual yaitu, “Siapakah Aku?”.
Jiva-tattva adalah titik awal perjalanan ke dalam diri dan pada akhirnya perjalanan untuk kembali kepada Tuhan, Sang Sumber Diri Tertinggi. Karena begitu pentingnya mata pelajaran ini bagi umat manusia, di medan perang Kuruksetra Bhagavan Sri Krishna pertama-tama mengajarkan pengetahuan ini kepada Arjuna, murid dan sahabat karib yang sangat dikasihi-Nya. Kemudian lima ratus duapuluh tahun yang lalu, ketika Bhagavan Sri Krishna muncul kembali dalam avatara-Nya sebagai bhakta, yang dikenal dengan Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu, Beliau kembali mengajarkan pengetahuan yang sama kepada Srila Rupa Gosvami dalam Dasa Mula Tattva yaitu sepuluh kebenaran sejati, sebagai berikut:
Sriman Mahaprabhu Caitanyadeva menganugerahkan ajaran Dasa-mula-tattva kepada Sri Rupa Goswamipada
1. Pramana: ajaran suci Veda yang diterima melalui guru-parampara dikenal sebagai amnaya (makna yang diresapkan ke dalam ingatan), bukti-bukti tak terbantahkan dari Veda, dari smrti-sastra terutama Srimad Bhagavatam, termasuk pula bukti-bukti dari persepsi indria secara langsung (pratyaksa), yang sejalan dengan bimbingan Veda, semua ini diterima sebagai pramana atau bukti. Pramana ini menegakkan prameya (kebenaran-kebenaran mendasar yang dibuktikan) berikut ini.
2. Parama-tattva: Hanyalah Sri Krishna Sendiri yang merupakan Kebenaran Mutlak Tertinggi.
3. Sarva-shaktiman: Sri Krishna adalah pemilik dari berbagai shakti yang beranekawarna dan tiada batasnya.
4. Akhila-rasamrta-sindhu: Dia adalah samudera manisnya rasa yang bagaikan madu kekekalan.
5. Vibhinnamsa-tattva: Baik jiva-jiva mukta (yang terbebas) maupun baddha (yang terikat) adalah bagian dan percikan-Nya yang terpisah (tidak sama) selamanya dari Dia.
6. Baddha-jiva: jiva-jiva terikat yang diselubungi maya
7. Mukta-jiva: jiva-jiva dalam pembebasan yang tak terikat maya.
8. Acintya-bheda-abheda-tattva: Seluruh alam semesta, yang terdiri dari jiva-jiva yang hidup dan memiliki kesadaran (cit), serta benda yang tidak memiliki kesadaran (acit), adalah acintya-bheda-abheda-prakasa dari Sri Hari, yaitu suatu manifestasi yang satu, sekaligus juga berbeda dengan Dia, dengan persamaan dan perbedaan yang tak dapat terjangkau oleh pikiran.
9. Suddha-bhakti: pelayanan dalam pengabdian suci yang murni adalah satu-satunya latihan rohani (sadhana) untuk mencapai tujuan tertinggi yang paling utama.
10.Krishna-priti: cinta dan kasih sayang rohani kepada Sri Krishna adalah satu-satunya tujuan akhir segala pencapaian.”
Dalam ajaran Bhagavad-gita dan Vedanta Sutra juga dijelaskan lima mata pelajaran pokok yaitu :
1. Isa tattva, kebenaran filosofis tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai aspek dan kekuatan-Nya.
2. Jiva tattva, kebenaran filosofis tentang identitas dan eksistensi makhluk hidup.
3. Prakrti, manifestasi alam material
4. Kala, pengaruh waktu terhadap makhluk hidup dan ciptaan material, dan
5. Karma, berbagai aktivitas makhluk hidup di dunia ciptaan material ini dalam usahanya mencari kebahagiaan.
Dalam membahas jiva tattva ini, berkaitan erat dengan mata pelajaran lainnya karena ia merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Jiva-tattva atau vibhinnamsa-tattva, kebenaran sejati mengenai sang roh, merupakan salah satu kebenaran yang paling penting dan paling wajib untuk diketahui oleh semua jiva dalam kecerdasan yang telah berkembang sempurna, terutama dalam kehidupan manusia. Pemahaman yang baik mengenai jiva-tattva ini merupakan modal utama seseorang untuk menempuh jalan rohani yang sejati. Lebih lanjut dalam Dasa-mula juga dibicarakan mengenai mukta-jiva, kebenaran mengenai para roh yang berada dalam pembebasan, dan baddha-jiva, kebenaran mengenai para roh yang terikat oleh khayalan.
Menurut Vedanta, kita tidak akan pernah mempunyai sebuah teori yang menjangkau segala sesuatu jika hanya menyangkut materi atau interaksi-interaksi partikel-partikel material saja. Vedanta menyatakan, terlepas dari materi yang sifatnya tidak giat (inaktif), terdapat realitas lain di alam ini. Dialah partikel spiritual fundamental (disebut atman atau jiva dalam terminologi Vedanta), yang kini disebut sebagai “spiriton”* dalam bahasa ilmiah. Ia adalah partikel transendental dan secara ontologik berbeda dengan materi. Ia memiliki sifat sadar dan kebebasan bertindak atau berkehendak, berlawanan dengan partikel-partikel material seperti elektron, dsb. Hanya atas kehadiran dari spiritonlah materi kelihatannya hidup. Dalam Vedanta ”materi hidup” ini disebut sebagai kehidupan yang membadan.
Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu menjelaskan kepada Srila Rupa Gosvami bahwa di dalam alam semesta ini ada makhluk hidup yang jumlahnya tidak terhingga yang menurut kegiatan mereka yang dimaksudkan untuk membuahkan pahala, berpindah-pindah dari satu jenis kehidupan ke kehidupan yang lain dan dari satu planet ke planet yang lain. Dengan cara ini, keterikatan mereka dalam eksistensi alam duniawi ini telah berlanjut sejak jaman yang sangat purba. Walau kenyataannya semua makhluk hidup ini adalah percikan-percikan yang sangat kecil, yang tak terpisahkan dari Jiwa Yang Utama, Bhagavan Sri Krishna, Tuhan Yang Maha Esa.
(*istilah spiriton untuk substansi adiduniawi ini diusulkan dan dipopulerkan oleh Srila Sripada Maharaja - T.D. Singh, PhD.)
Kamis, 05 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar