Selasa, 31 Agustus 2010

VAISHNAVA DHARMA DI THAILAND (1)

Kerajaan Thai Bersatu yang dahulu dikenal sebagai Siam, didirikan pada pertengahan abad ke-14. Kemudian pada tahun 1939, namanya diubah menjadi Thailand (Muangthai). Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan bangsa Eropa berkat kemampuan diplomasi yang luar biasa dari Raja Maha Mongkut (Rama IV). Modernisasi Thailand tanpa meninggalkan identitas kebangsaannya dan budayanya yang luhur dipelopori oleh putra Raja Maha Mongkut, yaitu Raja Maha Chulalongkorn (Rama V).

Peradaban bangsa Thai di masa lampau sudah sangat tinggi. Kebudayaan perunggu dari tahun 3600 SM yang ditemukan di Ban Chiang merupakan salah satu yang tertua di dunia. Migrasi nenek moyang bangsa Thai yang berasal dari Cina, diikuti oleh migrasi dari India sekitar 300 SM dengan membawa Veda-dharma. Sekitar tahun 100 M, Hinduisme tumbuh dengan kuat diikuti oleh perkembangan puncak Buddhisme sekitar tahun 1000 M. Dengan demikian Veda-dharma turut membentuk sendi-sendi kehidupan dan tata nilai serta budaya rakyat Thai. Aksara Thai dibentuk berdasarkan huruf Mon (Burma), Khmer (Kamboja), dan aksara Grantha dari India Selatan, seperti aksara Jawa dan Bali di Indonesia. Sebagaimana pula bahasa Jawa dan Bali, bahasa Thai juga mengandung banyak sekali kata-kata bahasa Sanskrit.

Thailand saat ini adalah sebuah negara Buddhis yang besar. Tetapi pengaruh Veda masih dapat dirasakan dan terutama tampak pada upacara-upacara kerajaan. Sampai saat ini masih ditemukan adanya masyarakat Brahmana Thai yang sangat berperan dalam kehidupan rakyat. Para Brahmana ini menentukan horoskop, hari-hari baik, menafsirkan pertanda-pertanda serta melaksanakan ritual pemujaan kepada para devata. Upacara-upacara seperti pencukuran rambut anak (cudakarma samskara), kremasi, dan upacara rumahtangga serta yang berkaitan dengan pertanian tetap dilaksanakan oleh para Brahmana. Upacara penobatan raja (Rajabhiseka) dan membajak sawah merupakan ritual paling utama yang dilaksanakan oleh Raja. Pendeta Agung Kerajaan dari golongan Brahmana merupakan pemimpin utama upacara ini. Dalam penobatan para Raja Thai dilakukan ritual-ritual rumit seperti homa, prayascitta, pengurapan minyak, dsb. yang berperan pertama adalah Brahmana, kemudian dilanjutkan oleh para Bhikku.

Brahmin Thai dalam upacara membajak sawah oleh Raja

Bentuk terakhir perkembangan Veda-dharma di Thailand tampaknya berasal dari tradisi Smarta (Brahmana) dan Saiva-siddhanta India Selatan. Sekalipun Buddhisme Theravada telah menjadi agama resmi Kerajaan Thai yang dianut oleh mayoritas penduduknya semenjak masa dinasti Sukhothai, namun Hinduisme masih merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Thai. Keberadaan Pendeta Agung Rumahtangga Kerajaan yang disebut Phra Rajaguru merupakan bukti kuatnya pengaruh Veda-dharma di Thailand. Sampai saat inipun rakyat Thailand, sekalipun beragama Buddha, masih memuja Trideva Brahma (Phra Phrom), Siva (Phra Issuan), dan Sri Vishnu (Phra Narai) dan para devata lain seperti Parvati (Nang Umadevi), Laksmi (Nang Laksmi), Surya (Phra Ah-thit), Indra (Phra Inn), Ganesha (Phra Khanesh), dan Vishvakarman (Phra Vissukam). Buddhisme Theravada tidaklah memberikan pengajaran ritual kepada pemeluknya, sehingga dapat dikatakan bahwa semua ritual keagamaan yang kini masih dipraktekkan oleh rakyat Thai merupakan warisan Veda. Upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian di Thailand adalah bentuk upacara Vedika, tentu saja sekarang ditambah dengan partisipasi para bhikku yang membacakan paritta-paritta atau doa-doa Buddhis.

Bentuk Veda-dharma yang berkembang di Thailand seperti disebutkan sebelumnya berasal dari tradisi Saiva dan Smarta Brahmana, seperti yang terdapat di Indonesia. Tradisi Veda mapan terakhir yang berhasil mencapai Asia Tenggara dan Nusantara adalah dari kedua bentuk ini, karena seluruh hubungan dengan India terputus sejak masuknya penjajah Islam.

Di Thailand terdapat golongan Brahmana yang masih memelihara sistem pewarisan ajaran dalam garis keturunannya. Mereka merupakan keturunan dari Brahmana India dengan orang Thai. Para Brahmana Thai hampir sepenuhnya hanya mengandalkan panduan dari warisan para leluhurnya terdahulu dalam mengadakan upacara-upacara, seperti para Brahmana di Bali-Indonesia. Walau demikian, putusnya hubungan dengan garis parampara mereka di India tampaknya akan segera berakhir, dengan inisiatif dari Phra Rajaguru. Phra Rajaguru Vamadevamuni merupakan kepala masyarakat Brahmana Thai, sekaligus menduduki jabatan sebagai Pendeta Agung Kerajaan. Beliau mengirimkan beberapa brahmana muda untuk menerima pengajaran dan pelatihan di Vedapathasala yang didirikan dan dirintis oleh Sri Mahaperiyava, Sankaracharya yang memegang tahta di Kanchi Kamakoti-pitham, dengan demikian menyambungkan kembali garis parampara mereka yang terputus selama berabad-abad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking