Selasa, 15 September 2009
kesalahpahaman tentang buddha-avatara (1)
Buddha (bukan Budha) sangat dihormati dalam masyarakat Hindu. Ini merupakan nama dari salah satu Avatara dari Bhagavan Sri Vishnu, sehingga Buddha dikatakan dipuja oleh umat Hindu, terutama dari golongan Vaishnava, sebagai Vishnu-avatara atau Inkarnasi Vishnu. Pendapat atau keyakinan ini memang ditentang oleh umat Buddha, terutama dari kalangan Theravada. Dalam agama Buddha, Sakyamuni atau Gautama, yang kita kenal sebagai Buddha historis adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan sempurna menjadi Buddha seperti Buddha-Buddha lain yang telah mendahuluinya pada jaman yang telah lampau. Buddha bukanlah penjelmaan siapa-siapa. Tetapi pertanyaannya adalah apakah Buddha Sakyamuni (atau Sakyasingha) adalah Buddha yang sama, yang dibicarakan oleh kedua kelompok, umat Buddha dan Hindu Vaishnava?
Sepengetahuan kita, Vaishnavisme banyak tidak sependapat dengan ajaran Buddhisme sebagaimana dibawakan oleh Sakyasingha, lalu apa logikanya mereka bisa memuja pendiri agama lain sebagai penjelmaan dari Pujaan Tertinggi dalam keyakinan mereka? Belum lagi tidak ada satu Vaishnava pun secara tradisi yang bersedia melakukan pemujaan di tempat-tempat suci Buddhis. Perkecualian hanya di Vajrasana atau Maha-bodhi Vihara di Gaya (Bihar)! Sekalipun sering dikatakan bahwa golongan Hindu Vaishnavalah yang mengangkat Buddha masuk ke dalam pantheon para deva Hindu demi membangkitkan kembali pengaruh agama Veda yang mengalami kemunduran selama berabad-abad oleh perkembangan pesat agama Buddha, tetapi sesungguhnya ini tidak benar. Pada praktiknya, tidak ada Vaishnava yang bersembahyang di Vihara Buddha, kecuali pada tempat yang kita sebut sebelumnya. Kita harus memperhatikan benar kenyataan ini.
Sebelumnya kita harus benar-benar paham apa yang dimaksud sebagai Buddha dan Vishnu dalam Vaishnavisme atau Hindu secara umum. Konsep Vishnu dalam agama Hindu, khususnya Vaishnavisme, tampaknya tidak dikenal dengan baik oleh umat Buddha. Mereka menyangka Vishnu adalah semata nama dari seorang deva, makhluk surgawi yang bercahaya, suatu sesembahan yang bersifat pribadi fana. Sehingga tidak mungkin bagi umat Buddha untuk menerima bahwa Sakyasingha Buddha merupakan penjelmaan atau titisan deva ini. Tetapi Vishnu dalam Vaishnavisme bukanlah seperti itu. Vishnu bukanlah nama seorang deva, tetapi menunjukkan Kebenaran Mutlak Tertinggi yang dalam Vedanta disebut sebagai Param-brahman. Param-brahman ini merupakan Prinsip Utama yang diinsafi oleh para pengikut Vedanta dalam tiga aspek yaitu transendental personal, transendental imanens, dan transen-dental impersonal. Kemudian dalam Pancaratra-agama yang menjadi dasar dari Vaishnava-tantra dijelaskan bahwa Vishnu ini hadir dalam lima ekspresi yaitu Para, Vyuha, Vaibhava, Antaryami, dan Archa.
Para adalah aspek yang tiada terkatakan, tiada bandingannya, prinsip tertinggi yang tak terungkapkan. Vyuha merupakan aspek emenasi dari Para, yang termanifestasi sebagai ekspresi dari aspek-aspek tertentu dalam ketidakterbatasan Para. Vaibhava merupakan Inkarnasi, yang menampilkan berbagai karakteristik tertentu dari Tuhan dalam wujud tertentu. Suatu ketika, atas kehendak-Nya Sendiri, wujud atau bentuk itu dapat memanifestasikan Diri di alam fisik yang dapat dipersepsi oleh makhluk-makhluk terikat. Antaryami adalah aspek yang meresapi segala-galanya dan berada di mana-mana. Archa merupakan Inkarnasi dalam bentuk Ikon Suci. Archa merupakan khas dari ajaran Pancaratra-agama atau Vaishnava-tantra, yaitu ketika yang tak terbatas mewujudkan Diri-Nya dalam fenomena alam yang terbatas atas permohonan praktisi spiritual yang memuja-Nya. Konsep seperti ini asing dalam pemahaman Buddhisme, terutama Theravada yang dikatakan berdasarkan ajaran-ajaran asli Buddha historis, Sakyasingha, sebagaimana adanya. Sedangkan dalam Vaishnavisme, Buddhadeva adalah salah satu perwujudan Vaibhava dari Param-brahman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lukisannya seperti Wisnu yang dipayungi ular Ananta Sesha ya?
BalasHapusbertele-tele👅
BalasHapus