Dikatakan bahwa Pancaratra-sastra diungkapkan untuk pertama kalinya kepada Brahma. Suatu ketika alam semesta dikacaukan oleh dua orang asura yang bernama Madhu dan Kaitabha. Dua asura ini mendapatkan kesaktian yang luar biasa sehingga mereka mampu mencuri Veda dari mana (pikiran) Brahma. Akibat dari disembunyikannya Veda ini keseimbangan seluruh ciptaan menjadi terganggu. Akhirnya Brahma sendiri memohon agar Tuhan bersedia menyelamatkan Veda dari tangan para asura.
Tuhan kemudian mewujudkan rupa Beliau sebagai Sri Hayagriva yang berwajah kuda. Tuhan Hayagriva kemudian meremukkan kedua asura itu dan mengembalikan Veda kepada Brahma. Tetapi Brahma kemudian mengatakan bahwa kini dia menyadari betapa alam semesta duniawi ini penuh bahaya. Segala sesuatunya juga penuh ketidakpastian. Oleh karena itu Brahma memohon suatu pengetahuan yang dapat memberikan kesempurnaan secepat-cepatnya.
Atas permohonan Brahma ini kemudian Tuhan Sri Hayagriva menyabdakan intisari pengetahuan Veda. Intisari Veda ini diwahyukan dalam lima malam dan diberi nama pancaratra (Panca-lima, ratri-malam). Inilah awal mula Pancaratra-sastra. Secara tradisi Pancaratra-sastra juga disebut Agama-sastra, artinya adalah “pengetahuan yang tidak akan pernah lenyap”. Juga disebut Tantra-sastra.
Batou-Kannon Jepang atau Hayagriva Lokeshvara dalam agama Buddha Tantrayana. Perhatikan kepala kuda di atas kepala-Nya (click untuk memperbesar)
Tuhan dalam rupa Sri Hayagriva atau Sri Hayavadana dipuja oleh semua garis perguruan yang terutama berdasarkan atas Pancaratra. Beliau disebut sebagai Divya-jnana-adidevata, atau Tuhan Yang Mahamenguasai segala pengetahuan rohani dan rahasia. Para Sri Vaishnava berbahasa Tamil juga menyebut Beliau Gnana-piraan. Setelah agama Buddha Vajrayana berkembang, Sri Hayagriva juga dipuja sebagai manifestasi Lokeshvara atau Avalokiteshvara penjaga pengetahuan-pengetahuan Tantra rahasia. Pemujaan Beliau juga sampai ke Jepang melalui Tantra Buddhis. Di sana Beliau disebut Batou Kannon (Tuhan Berkepala Kuda).Kemudian ada banyak kitab Pancaratra yang diturunkan melalui Brahma kepada para Rishi dan Deva. Salah satu yang terkenal adalah Narada Pancaratra. Kitab ini diturunkan oleh Dewa Siva kepada Devarishi Narada Muni. Ciri khas Pancaratrika-marga adalah adanya Istha, Wujud Tuhan yang paling dicintai oleh penyembah. Oleh karena itu para pengikut Pancaratrika-marga disebut “ekantin”, yaitu mereka yang hanya memuja satu Tuhan secara eksklusif. Jalan ini sangat monotheistik dan menekankan bahwa kesempurnaan tertinggi hanya dapat diperoleh dengan pengabdian suci kepada Personalitas Tuhan Yang Maha Esa. Ciri yang lain adalah adanya Citra Suci (Arca-Vigraha) dan keyakinan bahwa Citra Suci tiada berbeda dari Parambrahman Sendiri. Beliau dipuja dengan aturan-aturan tertentu dan disiplin rohani yang ketat. Pancaratrika-marga juga disebut Vaidhi-marga, karena disiplin sangat menonjol. Segala hal yang berkaitan dengan pemujaan dan pembentukan Wujud Tuhan dalam Archa (Ikonografi) diatur secara ketat dalam Pancaratra.
Inilah beberapa contoh sketsa yang harus diikuti dalam membentuk Archa, tidak berdasarkan imajinasi tetapi aturan ketat dari Agamasastra seperti Pancaratra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar