Sabtu, 13 Juni 2009

Kehadiran Nyata Tuhan di Antara Kita

Pemujaan Srimurti sebagai manifestasi dari Rupa, tak dapat dipisahkan dari mantra yang merupakan manifestasi dari Nama Suci-Nya, dan yantra atau mandala yang merupakan perwujudan dari Guna (karakteristik atau kemuliaan rohani-Nya), Lila (aktivitas rohani), dan Lila-sthana (tempat kediaman rohani atau tempat berlangsungnya Lila Tuhan). Kata “rohani” digunakan karena sulit sekali mencari padanan atas kata Divya, yang sering dibahasa Inggriskan sebagai transendental, artinya melampaui semua konsep yang bersifat duniawi, satu-satunya konsep yang hanya mampu kita pahami dalam keadaan terikat duniawi sekarang ini. Archa, Mantra, Yantra, dan Mandala diungkapkan dalam pustaka suci yang disebut Agamasastra atau Tantrasastra.



Mantra (di atas adalah Gayatri-mantra dalam huruf devanagari) adalah Tuhan dalam Wujud Suara, Mandala atau Yantra adalah manifestasi Rohani Beliau dan Kediaman-Nya, dan Archa merupakan manifestasi-Nya secara "fisik".

Tuhan, bagaimanapun juga tidak mengungkapkan Diri-Nya secara langsung begitu saja ketika kita meminta-Nya. (Emang sape loe... gitu kan kata orang). Maka dari itu para pengikut tradisi rohani Veda harus secara serius memusatkan segala usahanya untuk bisa mendapatkan cara mencapai Tujuan Yang Paling Diidamkannya. Sebagaimana kekasih yang mendambakan kehadiran pujaan hatinya dengan segenap hati dan jiwanya. Ketika mereka yang telah mengalami-Nya secara langsung dalam kesempurnaan rohani mereka yang dikenal sebagai kondisi anubhava, ketika Pujaan dan yang dipuja telah dipersatukan, maka tentu tidak ada masalah. Tetapi mereka yang tidak mencapai kondisi ini juga memiliki kerinduan yang mendalam untuk dapat dipertemukan secara pribadi dengan Tuhan. Baik dalam kondisi sempurna (saat sudah menginsafi Tuhan) dan belum sempurna, cinta yang besar mempertautkan antara Tuhan dengan pemuja-Nya. Inilah yang disebut dengan Bhakti. Tampaklah bahwa Bhakti berada di awal perjalanan rohani dan juga menjadi akhir dari perjalanan itu. Konsep inilah, yang menyatakan bahwa sarana dan tujuan yang akan dicapai dengan sarana itu, upaya dan upeya, sadhana dan sadhya, adalah hakikatnya satu, yaitu cinta. Sekarang pahamlah kita bahwa ada suatu jalan yang ajaib ini, yaitu jalan Cinta, atau Bhakti-marga.

Para Vaishnava Bhagavata dalam kedalaman cinta dan kesempurnaannya memasuki dan mengalami langsung Tuhan dengan segala kesempurnaan-Nya. Lalu mereka mengungkapkannya melalui kata-kata atau tulisan, agar umat manusia dapat mencapai kesempurnaan pengalaman rohani yang sama. Mereka bukan sekedar utusan atau juru bicara Tuhan, tetapi adalah pembimbing yang membawa kita kepada-Nya berdasarkan pengalaman nyata.

Populasi jiva di alam duniawi ini yang terbesar bukanlah jiva-jiva yang berkembang secara sempurna. Namun baik yang sempurna maupun yang belum sempurna memiliki cintakasih rohani ini. Seperti pohon bunga, ada yang masih berbentuk benih, kecambah, pohon kecil, berdaun, mulai kuncup, sampai muncul bunga yang bermekaran sempurna. Seperti itulah potensi cintakasih yang terkandung dalam setiap kehidupan, yang mempertautkannya dengan Tuhan. Maka bagi mereka Tuhan mengungkapkan satu lagi pengetahuan yang sangat ajaib dan rahasia disebut AGAMA.

Revelasi Veda disebut juga sebagai NIGAMA atau emenasi, karena dia memancar dari Tuhan sebagaimana napas dihembuskan. Veda merupakan pengetahuan yang mendasari alam semesta dia mengungkapkan ketidakterbatasan pikiran Ilahi. Sedangkan Agama (bedakan dengan kata yang sama dalam bahasa Indonesia) menyatakan bahwa ini merupakan pengetahuan khusus yang diungkapkan mengikuti Nigama. Para pengikut Veda sesungguhnya menerima dua ini sebagai revelasi yang memiliki otoritas sama dan berasal dari Tuhan. Jadi sebenarnya Pustaka Suci Hindu adalah Vedasastra dan Agamasastra.
Agamasastra memiliki kuasa dan sama pentingnya dengan Veda karena:
1. Pada dasarnya mereka didasarkan pada ajaran Veda. Apa yang tersirat dalam Veda, diperinci dalam uraian Agama.
2. Yang menghadirkan sastra-sastra suci Agama dan mengungkapkannya ke dunia adalah Tuhan Sendiri, atau Deva-deva, atau juga para Rishi tertentu yang memiliki penguasaan sempurna terhadap pengetahuan Veda dan berada dalam tradisi Veda itu sendiri.
3. Agama mengandung rujukan-rujukan terhadap Veda dan mengadopsi mantra-mantra Veda pula.

Kata Agama sendiri berasal dari akar kata “gam” dengan awalan –a. Makna dari kata ini adalah “berangkat” atau bisa pula dipahami sebagai “bergerak menuju tujuan yang ingin dicapai.”
Agama juga disebut Tantra. Bisa dipecah menjadi ‘tan’ dan ‘tra’ (menyebarkan dan menyelamatkan), jadi ini bermakna bahwa Tantra memberikan pengetahuan, menyebarluaskan suatu sistem spiritual, dan juga menyelamatkan serta menjaga mereka yang mengikutinya dari “ikatan”. Tantra juga dapat dirunut pada kata “tatri”, artinya mendukung dan melindungi. Sehingga bila kita ambil maknanya secara keseluruhan maka Agama memberikan pengetahuan untuk mencapai tujuan dan Tantra menjaganya dari keterikatan. Saat kita berbicara tentang jalan Bhakti, maka pengetahuan khusus yang disebut Agama atau Tantra ini mengungkapkan teknik praktikal untuk mengembangkan Cintakasih rohani kita kepada Tuhan dan juga menjaganya dari beralih menuju keterikatan pada hal lain. Agama dan Tantra menunjukkan pengetahuan dan sistem yang keabsahannya setara dengan Veda (sruti), smriti, purana, dan itihasa. Bahkan bagi jaman Kaliyuga ini, pengetahuan Agamasastra memegang peran khusus dan lebih penting lagi.



Upacara-upacara di Pura seperti konsekrasi Archa Tuhan dengan Air Suci dan Susu yang telah melalui berbagai ritual, serta bahan-bahan suci lainnya dilaksanakan menurut pedoman dari Agamasastra

Agama memiliki perkembangan teori dan praktik yang merdeka (tak dibatasi) dan diterima sebagai suatu sistem filsafat dan reliji yang berkembang dari Veda. Ketika Veda mewakili sisi teoritis, yang merupakan bentuk pengkajian filosofis dan teologis secara berkelanjutan, maka Agama memperhatikan disiplin kultural spiritual yang diperoleh melalui sistem keagamaan yang praktis.

Pura Hindu juga dibangun berdasarkan petunjuk Agamasastra

Tradisi Bhakti dalam Vaishnavisme menerima otoritas kitab-kitab Vaishnava-agama, yang disebut juga Satvata-tantra atau Bhagavata-sastra. Dua sistem Vaishnava-agama yang paling utama saat ini dengan tradisi yang diwarisi dan dilestarikan tanpa terputus adalah Pancaratra-agama dan Vaikhanasa-agama. Dari kedua sistem ini yang lebih diterima dan dipraktikkan secara luas adalah sistem Pancaratrika, berdasarkan Pancaratra-agama-sastra.
Sistem Agamika inilah yang mengungkapkan metode-metode khusus untuk “membagikan Tuhan kepada masyarakat luas”. Melalui revelasi unik ini diungkapkan teknik-teknik spiritual mulai dari praktik harian pribadi sampai pemujaan publik. Pembangunan tempat sembahyang atau Pura, panduan membentuk Citra Suci Tuhan, dan termasuk juga teknik mengundang Tuhan, menghadirkan-Nya dalam Citra Suci-Nya. Dengan diungkapkan dan diwariskannya Agamasastra ini, maka memungkinkan bahkan umat awam sekalipun dapat mengembangkan cintakasih rohaninya dengan kehadiran nyata Tuhan di tengah-tengah kita. Agamasastra adalah rahasia dari kekuatan rohani yang nyata dari pemujaan Srimurti. Ketika Tuhan sungguh-sungguh menjelmakan Diri-Nya dalam Citra-Nya, yang dikenal sebagai Archa-avatara.

Pengetahuan rahasia ini diwariskan melalui garis perguruan dan silsilah rohani para guru yang sempurna...

... sehingga sampai saat ini kita masih dapat mempelajarinya secara utuh tanpa ada ternoda atau interpolasi apapun selama ribuan tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking