Sebuah Pura atau Archa Hindu dihancurkan sudah biasa... kalau mau digali pasti banyak sisanya seperti yang ditemukan oleh Badan Arkeologi India di bawah dasar Masjid Babri Ayodya. Tapi "pemuja Archa" belum kapok juga.. (gb.hindujagruti)
Bila anda kebetulan seorang Hindu pemula atau justru orang non Hindu yang tak terbiasa dengan pemujaan sejenis ini. Lalu ingin bertanya pada seorang Hindu, setidaknya yang cukup ahli, maka cobalah buka ensiklopedia Hindu, atau buku-buku Hindu yang ditulis oleh para rohaniwan Hindu populer, anda pasti akan menemukan jawaban sama. Coba saja lihat di Wikipedia misalnya. Jadi saya tidak akan mengulang lagi jawaban-jawaban itu. Saya akan membuka sebuah rahasia dari pemujaan Archa yang sesungguhnya.Ya, dalam Hindu kita memang mengenal pemujaan Citra (Ikon) atau Tuhan yang diwujudkan secara fisik. Ini disebut Srimurti-puja. Ada beberapa orang yang tersentak oleh teori pemujaan Srimurti. Kata mereka, “Oh pemujaan Srimurti adalah penyembahan berhala! Srimurti adalah berhala yang dibuat oleh seniman dan diperkenalkan tiada lain oleh Setan-Iblis, Baalzebub dan Lucifer sendiri. Memuja objek seperti itu akan membangkitkan kecemburuan Tuhan dan membatasi kemahakuasaan, kemahatahuan dan kemahaadaan-Nya!” Kepada mereka kami akan berkata, “Wahai saudara, nyatakanlah keingintahuanmu secara tulus dan jangan biarkan dirimu dibuat salah paham oleh dogma-dogma yang bersifat sektarian. Tuhan tidaklah mungkin cemburu, karena Beliau adalah yang tunggal tiada duanya. Baalzebub atau Satan tak lain hanyalah objek imajinasi atau perumpamaan belaka. Makhluk imajiner atau perumpaan seperti itu seharusnya tidak boleh menjadi penghalang cintamu kepada Tuhan (bhakti).”
Mengapa beberapa orang berdoa dan menyembah harus menengadah... apakah langit (atau atap rumah) adalah Tuhan?
Mereka yang meyakini Tuhan sebagai impersonal mengidentikkan Beliau dengan suatu kekuatan atau atribut dalam Alam, misalnya saat kita berdoa kita menengadah ke langit atau menyebut Tuhan dengan istilah Yang Di Atas, walaupun sesungguhnya Beliau jauh lebih luhur, mengatasi Alam, hukum maupun aturan-aturannya. Keinginan-Nya adalah hukum dan akan menjadi tidak adil bahkan bila kita “membatasi” keunggulan-Nya yang tak terbatas dengan atribut-atribut seperti mahakuasa, mahatahu, dan mahaada; atribut-atribut yang juga bisa dimiliki oleh objek-objek yang diciptakan seperti ruang dan waktu.Termasuk dalam keunggulan-Nya adalah bahwa di dalam Diri-Nya segala sifat dan kekuatan yang saling bertentangan berada di bawah pengendalian Diri-Nya yang adiduniawi (seperti Beliau mahabesar, juga mahakecil). Beliau Sendiri hanyalah identik dengan Persona-Nya Sendiri yang penuh segala keindahan, memiliki berbagai kekuatan seperti kemahaadaan, kemahatahuan, dan kemahakuasaan, yang tak dapat disamai oleh apapun. Pribadi-Nya yang suci dan sempurna ada secara kekal di dunia rohani dan pada saat yang sama juga ada dalam tiap ciptaan di mana-mana dalam segala kesempurnaan-Nya. Pemikiran seperti ini melampaui segala pemikiran tentang bentuk Citra apapun. Pemujaan Citra dalam Veda dikembangkan dalam konsep ini, dengan kesadaran penuh akan ketidakterbatasan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar