Sabtu, 25 Juli 2009

Berdoalah Demi Perdamaian dan Bangunlah Persahabatan

Sembari mengenang duka akibat ledakan bom di JW Marriot dan Ritz Carlton, Kuningan. Gemakanlah pesan ini ke seluruh dunia! Ubahlah hati manusia!

MAITRIM BHAJATA

Karya: Sankaracharya Kanchi Kamakoti Pitham Sri Sri Candrasekharendra Sarasvati Paramacharyagalu (Sri Mahaperiyava)
raagam: yamunaa kalyaani dan kaapi
taalam: aadi





maitrim bhajata, akhila hrit jaitrim |

atmavad eva parann api pashyata |
yudham tyajata, smardham tyajata |
tyajata pareshv-akrama-akramanam ||

janani prithivi kama-dukharte |
janako devah sakala dayaluh |
'damyata, datta, dayadhvam' janata |
shreyo bhuyat sakala janananam ||

maitrim: Persahabatan; bhajata: Berdoalah; akhila: Seluruh dunia; hrit: Hati; jaitrim: Menaklukkan, menang atas, berjaya; atmavat: Diri kita sendiri; eva: Adalah; parat: Orang lain; api: Juga; pashyata: Lihatlah; yudham: Peperangan; smardham: Persaingan; tyajata: Tinggalkan, berhenti; pareshu: kepada orang lain; akrama: Penjajahan, penindasan, kekejaman; janani: Ibunda; prithivi: Bumi; kama-dukharte: Memenuhi semua keinginan; janako: Ayah; deva: Tuhan, junjungan, raja; sakala: pada semuanya; dayalu: Berbelas kasih; damyata: pengendalian diri; datta: kedermawanan; dayadhvam: berbelas kasih; jana: makhluk hidup, orang-orang; shreyah: bersukacita; bhuyah: semoga; sakala: semuanya

"Berdoalah dan bangunlah persahabatan yang dapat menaklukkan hati seluruh dunia. Pandanglah orang lain sebagaimana engkau memandang dirimu sendiri. Berhentilah berperang. Berhentilah saling bersaing. Hentikanlah penjajahan dan penindasan kepada orang lain yang adalah kekejaman".

"Tidakkah kita memiliki Bumi yang begitu luas, sebagai Ibunda yang mampu memenuhi keinginan semua orang? Bukankah kita memiliki Tuhan, Sang Ayah yang sangat menyayangi semua makhluk? Wahai kalian semua, kendalikan dirimu, bermurah hatilah, dan berbelas kasihlah satu sama lain!
Semoga semua makhluk hidup dengan penuh sukacita!"

Dinyanyikan oleh:
Bharat-ratna MS Subbulaksmi download lagu ini di sini!








DA, DA, DA… TIGA PESAN DALAM SATU AKSARA


Mahaperiyava menampilkan pesan kebijaksanaan yang menarik ini dalam sloka terakhir puisi gubahan beliau yang berjudul Maitrim-bhajata. Rujukannya kita bisa lihat dalam Brihad-aranyakopanishad 5.2.2. Kita mengenalnya sebagai sloka tiga Da - (“da-da-da”) dari Prajapati. Ini memperlihatkan bagaimana suatu kebenaran, suatu ajaran, bisa terkandung bahkan dalam satu aksara Sruti. Prajapati mengajarkan tiga ajaran, tiga pesan, kepada tiga “anak” yang berbeda, yang bisa memberikan manfaat bagi mereka bertiga sesuai dengan kebutuhan mereka dan kapasitas mereka masing-masing. Uniknya, beliau memenuhi semua ini hanya dengan satu aksara saja, “Da”.

Prajapati juga memiliki banyak arti. Secara harfiah Praja artinya “mereka yang dimunculkan”. Bisa berarti insan hidup individual (jivatma). Bisa juga bermakna makhluk hidup yang dilahirkan dalam semesta duniawi sebagai jiva yang terperangkap dalam badan jasmani. Bisa pula merujuk kepada anak-anak yang dilahirkan. Anak pun juga bisa berarti keturunan biologis dan juga bisa berarti murid. Pati artinya Penguasa, Tuan, atau Pemilik.

Berkaitan dengan makna Praja pertama, maka Prajapati merujuk pada Tuhan Sendiri, sebagai sumber semua jivatma. Bila berkaitan dengan arti kedua maka merujuk pada Brahma Sang Pencipta, yang “melahirkan” para jiva dalam berbagai bentuk badan jasmani, berbagai bentuk kehidupan di seluruh alam semesta ini. Lalu Prajapati dalam artian berikutnya juga merujuk kepada para Bapa Leluhur Surgawi, yang dikatakan melahirkan berbagai bentuk kehidupan. Sebagai contoh adalah Prajapati Kashyapa, yang melalui istri-istri yang diberikan oleh Brahma lalu menurunkan berbagai jenis makhluk hidup. Misalnya melalui Diti, Kashyapa menurunkan bangsa Daitya (Asura), melalui Aditi menurunkan para Deva atau Aditya, melalui Kadru menurunkan bangsa Naga, melalui Vinata menurunkan Garuda, dst. Prajapati juga bisa merujuk pada ayah kita sendiri, ayah biologis. Lalu bisa juga sebagai guru, yang “melahirkan” kita melalui pengetahuannya. Brihad-aranyakopanishad menceritakan bagaimana Prajapati mendidik tiga anaknya yaitu Deva, Manushya, dan Asura.

Biasanya pada jaman dahulu ilmu pengetahuan diturunkan oleh ayah kepada anaknya. Ayah adalah sekaligus Guru pembimbing bagi anak-anaknya. Jadi saat itu kita tidak memerlukan sekolah di luar rumah seperti sekarang ini. Anak memperoleh segala ilmu pengetahuan dari ayahnya sendiri. Beberapa keluarga Brahmin tradisional masih melestarikan sistem ini. Satu garis keturunan Brahmin terutama mempelajari satu saakha dari satu Veda tertentu. Jadi kita bisa menemukan hingga saat ini ada keluarga Brahmin Yajurveda, Rigveda, dsb. Gotra atau klan, biasanya berpangkal pada satu Rishi tertentu misalnya dari Gautama-rishi. Mereka mewarisi, mempelajari, dan melestarikan ajaran yang diterima oleh Gautama-rishi. Seperti Srimad Madhvacharya, yang ketika kecil bernama Vaasudeva, juga menerima Upanayana dan pelajaran Veda pertamanya (Vidyarambha) langsung dari ayahnya sendiri, Sri Madhyageha Bhatta. Jadi sebelumnya institusi Sampradaya dan garis silsilah pewarisan ajaran atau Parampara, juga terkadang menyatu dengan garis silsilah keturunan secara biologis.

upanayanam

Ketika seorang anak telah dirasakan cukup menerima pengetahuan, maka setelah menamatkan pelajaran, ayah atau guru akan mengadakan semacam perpisahan. Sekarang mereka akan siap menjalani hidupnya secara mandiri dan menerapkan pelajaran yang diterimanya supaya bisa membawa manfaat terbaik bagi dirinya dan orang lain. Tujuan kita bersekolah biasanya seperti itu. Bagaimana membuat apa yang kita pelajari selama ini supaya bisa memberi manfaat bagi diri kita sendiri dan juga orang lain.

Jadi ketika ketiga “anak” ini selesai belajar, mereka lalu satu-persatu menghadap Prajapati, dimulai oleh para Deva. deva uchuh "bravitu no bhavan" – iti (Para Deva berkata kepada Prajapati, “Paduka berilah nasihat pada kami”), tebhyo ha etad aksharam uvacha 'da' iti (Prajapati lalu mengucapkan satu aksara “Da”), vyajnasishta – iti (“Kalian paham?” demikian tanya Prajapati), 'vyajnasishma' iti ha uchuh (Para Deva berkata, “Ya, kami paham”) damyata iti na attha- iti (“Yang Paduka maksud adalah damyata, pengendalian diri”), "om" - iti ha uvacha, vyajnasishta iti (“Bagus”, kata Prajapati. “Kalian sudah paham”). Berikutnya datanglah manusia kepada Prajapati. Beliau juga memberikan nasihat yang sama, “Da!” Lalu manusia berkata, dattam iti, “Yang Paduka maksud adalah kedermawanan”. Prajapati juga berkata sama, “Bagus, kalian sudah paham” Terakhir datanglah para Asura. Mereka berkata, dayadhvam iti, “Yang Paduka maksud adalah berbelas kasih”. Prajapati juga berkata sama, “Bagus, kalian sudah paham” Bagaimana bisa satu suku kata yang sama memiliki tiga makna dan semuanya benar? Inilah Veda.

Ketiga anak ini, Deva, Manushya, dan Asura, telah menyelesaikan pendidikannya. Lalu mereka memohon petunjuk sebelum meninggalkan gurunya. Bagaimana agar pelajaran yang telah mereka terima selama ini bisa bermanfaat. Demikianlah, maka bagi para Deva, pengetahuan itu akan bermanfaat bila mereka memiliki pengendalian diri, Damyata. Bagi Manushya akan berguna bila memiliki kedermawanan, Datta. Bagi Asura akan berguna bila memiliki belas kasih, Dayadhvam.

Deva, Manushya, dan Asura juga merujuk pada mentalitas dan karakteristik kita semua. Deva-ganam adalah orang-orang yang pada dasarnya baik, cerdas, memiliki kemampuan menyerap pengetahuan yang tinggi. Bisa juga berarti mereka yang tergolong memiliki kedudukan terhormat di masyarakat. Mereka akan bisa bermanfaat bila mampu mengendalikan diri. Manushya-ganam adalah orang-orang yang biasa-biasa saja, kemampuan ilmunya juga menengah, tergolong masyarakat kebanyakan. Inilah yang menyusun sebagian besar masyarakat kita. Maka mereka akan berguna bila memiliki kedermawanan, kerelaan untuk memberi dan berbagi. Asura-ganam adalah mereka yang sifatnya kasar, keras dan cenderung bisa menjadi jahat atau tega berbuat jahat. Tetapi mereka adalah golongan yang memiliki kekuatan fisik besar, sangat perkasa dan tangguh. Maka mereka akan berguna bila bisa berbelas kasih.

Pada akhir percakapan dalam Upanishad ini dikatakan bahwa bergemalah suara gemuruh dari angkasa, berseru, “damyata, data, dayadhvam, Jadilah dirimu terkendali, jadilah dermawan, jadilah welas asih!”. Jadi kita semua diharapkan dapat mempelajari ketiga “Da” ini. Setiap orang punya sifat kedewaan, punya sifat kemanusiaan, dan juga punya sifat keraksasaan. Memiliki ketiga “Da” akan membuat masing-masing dari kita mampu menjadi lebih baik dan memperbaiki kekurangan yang juga ada dalam diri kita masing-masing.

Selain itu dari pernyataan Upanishad ini, secara intrinsik disampaikan bahwa setiap orang akan menerima ajaran sesuai dengan kualitasnya masing-masing. Satu cara tidak dapat bermanfaat bagi semua orang. Satu ajaran, sekalipun benar dan sempurna, hanya akan bermanfaat apabila seseorang bisa memahami dan menerapkannya sesuai keadaan dirinya. “Da” adalah satu kebenaran yang tunggal. Namun penerapannya bisa berbeda sesuai yang menerimanya. Orang yang memahami kebenaran sejati, hendaknya mampu memilih atau menentukan cara yang paling tepat bagi dirinya agar bisa menjadi semakin baik. Pada saat yang sama, dia juga tidak memaksakan sesuatu yang berguna bagi dirinya kepada orang lain, apabila itu tidak berguna bagi mereka, tidak cocok, dan tidak memberikan manfaat perbaikan apapun.

“Da” juga menunjukkan bahwa Sruti mengandung segala kebenaran dan pengetahuan. Namun kita tidak dapat menerjemahkannya begitu saja tanpa keinsafan rohani mendalam. Satu pernyataan dalam Sruti, bisa memiliki berbagai arti dan makna. Masing-masing arti yang bentuknya berbeda, akan bermakna dan berguna secara ajaib bagi mereka yang membutuhkannya. Mengatakan bahwa hanya ada Satu Kebenaran memang benar, tetapi mengatakan hanya ada Satu Yang Benar akan menjadi tidak tepat. Mengatakan bahwa Yang Benar Ada Banyak, juga tidak benar. Satu Kebenaran hadir dalam Banyak Bentuk adalah benar, tetapi mengatakan Semua Bentuk adalah Kebenaran untuk semua orang adalah tidak benar. Pun tidak benar mengatakan Semua Bentuk Kebenaran adalah Sama, tidak benar pula Semua Bentuk adalah Kebenaran Yang Sama. Sesungguhnya Kebenaran Mutlak itu Tunggal adanya, namun dapat hadir dalam bentuk yang berbeda bagi orang yang berbeda. Inilah yang benar. Inilah kebijaksanaan Veda.

1 komentar:

  1. Hallo Saudara Dasanrangarajan,

    Posting yang bagus dan penuh makna. Semoga kasih sayang dapat menyebar ke semua orang dan semua makhluk dapat berbahagia.

    BalasHapus

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking