Teologi Pancharatrika-agama yang menjadi dasar Vaishnava-tantra mengungkapkan Tuhan Yang Maha Esa dalam Lima Aspek Utama-Nya yaitu Para, Vyuha, Vaibhava, Antaryami, dan Archa. Para adalah aspek yang tiada terkatakan, tiada bandingannya, prinsip tertinggi yang tak terungkapkan. Vyuha merupakan aspek emenasi dari Para, yang termanifestasi sebagai ekspresi dari aspek-aspek tertentu dalam ketidakterbatasan Para. Vaibhava merupakan Inkarnasi, yang menampilkan berbagai karakteristik tertentu dari Tuhan dalam wujud tertentu pula. Suatu ketika, atas kehendak-Nya Sendiri, wujud atau bentuk itu dapat memanifestasikan Diri di alam fisik yang dapat dipersepsi oleh makhluk-makhluk terikat. Inilah yang secara umum disebut sebagai Avatara Tuhan. Antaryami adalah aspek yang meresapi segala-galanya dan berada di mana-mana. Manifestasi ini bersemayam sebagai Parama-atma yang senantiasa mendampingi jiva-atma dalam badan apapun mereka terlahirkan di dunia ini. Parama-atma dan jiva-atma inilah yang disebut “dua ekor burung hinggap di satu pohon (samane vriksha…)” dalam sloka Mandukya dan Svetashwatara-upanisad yang terkenal itu. Sedangkan Archa merupakan Inkarnasi dalam bentuk Ikon atau Citra Suci, yaitu ketika yang tak terbatas mewujudkan Diri-Nya dalam fenomena alam yang terbatas atas permohonan hamba yang memuja-Nya dalam kerinduan cinta mereka.
Tuhan yang bersemayam di "teratai hati". Dikenal pula sebagai Antaryami, Yang Bertahta di Lubuk Hati Terdalam semua makhluk.
Salah satu literatur Sri-vaishnava yang terkenal yaitu Sri Vachana-bhusanam (Perhiasan Indah Ajaran Suci), ditulis oleh Sri Pillai-Lokacharyar menyebutkan, “bhu-gata-jalam pole antaryamitvam; avarana-jalam pole paratvam; parkadal pole vyuham; perukkaru pole vibhavangal; atile tenkinamatukkal pole arcchaavataram. Tuhan yang bersemayam di hati (Antaryami) bagaikan air yang terkandung jauh di dalam tanah; Empat Emenasi (Vyuha) bagaikan air di samudera susu (yang sulit ditemukan); Para Inkarnasi yang turun ke dunia (Vaibhava-avatara), bagaikan air sungai, yang terkadang banjir, namun lebih sering mengering; namun Inkarnasi Citra ini (Archa-avatara) adalah telaga-telaga penampung air, yang setiap saat mudah kita temukan dan ambil airnya” (SVB: 39)
Inilah yang kita dapatkan dalam sebuah Pura Hindu. Tuhan Sendiri dalam Inkarnasi Citra-Nya! Kemudian di sana juga diadakan berbagai upacara yang termasuk dalam rangkaian Archanam sebagaimana disebutkan dalam posting terdahulu. Tuhan yang dipuja di Pura adalah “Sesosok Pribadi” yang khusus dan Beliau juga dipuja dengan cara-cara yang istimewa. Vyaktaih vyaktistham archayet, demikian sabda Agama. Namun pada saat yang sama si pemuja melihat dirinya tidaklah berbeda dengan Pujaannya. Tuhan adalah salah satu dari kita. Dia bagian dari kita. Maka si pemuja mempersembahkan segala hal yang dilakukannya sehari-hari bagi dirinya kepada Tuhan Pujaannya, tetapi dalam skala yang lebih istimewa. Istilah Tamil untuk Pura adalah Kovil (yang dalam bahasa Indonesia lalu berubah menjadi Kuil). Kovil artinya adalah tempat bersemayamnya seorang Raja, Ko. Tuhan yang distanakan di Pura tidaklah dianggap sebagai suatu Pribadi Tertinggi yang sulit didekati, dijauhkan dan tidak terjangkau. Namun beliau adalah pimpinan bagi umat manusia, yang terbaik di antara kita semua. Sebagai Raja, Beliau lebih mulia, lebih luhur, lebih segala-galanya dari kita. Namun beliau tetaplah salah satu dari kita, yang selalu memperhatikan kesejahteraan kita, sama-sama menanggung derita bersama kita, sekaligus juga menguasai dan mengatur setiap kegiatan kita. Jadi Tuhan di Pura ini diperlakukan sebagai seorang Raja.
Iring-iringan Archa Sri Ranganatha (Nammperumal) pada saat Vaikuntha Ekadasi di Srirangam, mengenakan Vajra-kavacha, busana permata dan intan-berlian. Beliau dibawa ke Aarayirakaal atau Aula Seribu Pilar, seperti sebuah ruang balairung kerajaan. Di atas tahta-Nya Dia disebut Rangaraja, Raja segala raja.
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar