Selasa, 14 Juli 2009

Pura Berdiri Bukan Untuk Percaya pada Tuhan

Pura Hindu bukanlah dibangun untuk membuktikan atau mendemostrasikan eksistensi Tuhan. Pura bukanlah suatu bentuk pengakuan sejumlah orang terhadap “keyakinannya” dan juga pembuktian akan kebenaran keyakinannya itu. Eksistensi dan keyakinan adalah dua hal yang terpisah. Cabang filsafat Hindu yang disebut Nyaya (Logika-dialektik) dan Mimamsa (Hermenetik) selama ribuan tahun digunakan untuk menelaah berbagai hipotesis mengenai eksistensi Tuhan. Lalu ini ditegaskan lebih lanjut dalam Vedanta (veda-anta, secara harfiah berarti akhir dari Veda, atau puncak akhir dari pengetahuan yang tertinggi). Jadi seorang Hindu sebenarnya bukanlah seseorang yang menempatkan dirinya sebagai orang yang “percaya” kepada Tuhan. Tetapi adalah seseorang yang “mengalami” Tuhan. Para Maharishi bukanlah orang-orang yang mengajarkan agar kita percaya kepada Tuhan, tetapi bagaimana mengalami dan menginsafi Tuhan (experience and realize). Sraddha, atau keyakinan pada Hindu berbeda dengan konsep keimanan dalam tradisi-tradisi Abrahamistik yang menuntut keyakinan konseptual dan dogmatis. Sraddha Hindu merupakan keyakinan yang bersifat eksperiental dan realisasional (dialami dan diinsafi). Keyakinan memang menjadi dasar segalanya, tetapi keyakinan Hindu lebih bertitik berat pada “proses” bukan pada “hasil”.

Dibalik benteng ini, melalui gapura yang megah. Kita memasuki tempat yang bukan bagian dari dunia ini. Inilah tempat yang bukan menyatakan keyakinan kita pada Tuhan, tetapi tempat untuk mengalami Tuhan dalam kehadiran-Nya yang paling nyata (Pura ISKCON Thirupati)

Sebagai contoh perumpamaan sederhana, melalui serangkaian metode dan usaha tertentu seseorang bisa memperoleh 1 milyar dalam 3 bulan melalui investasi dengan modal awal 1 juta. Jadi orang yang menemukan cara ini memberitahukannya kepada umum. Dia tidak sekedar mengatakan beri saya 1 juta, dalam 3 bulan akan jadi 1 milyar. Tetapi dia mengatakan saya dahulu memiliki uang 1 juta, kemudian melalui teknik investasi ini saya akhirnya berhasil mendapat 1 milyar dalam 3 bulan, apakah kalian ingin mencoba? Orang yang berminat lalu datang kepada dia. Tentu juga setelah mempertimbangkan berbagai hal, misalnya mencoba melihat beberapa literatur ekonomi untuk mencoba mencari tahu apa benar cara investasi ini berhasil, lalu bisa juga dengan melihat orang yang lebih dahulu mengikuti cara itu dan ternyata berhasil. Lalu dengan keyakinan yang terbentuk ini dia mulai mempelajari metode itu dari seseorang yang sudah menguasainya, kalau tidak langsung dari orang yang “menemukannya”. Jadi beda kan, dengan orang yang mengatakan, "Beri saya 1 jutamu, dalam 3 bulan akan jadi 1 milyar? Kalau kamu tidak menyerahkannya pada saya, uang 1 jutamu akan habis tidak karuan dan kamu jadi pengemis di jalanan." Orang yang meyakini dan ikut dengan cara seperti ini adalah orang-orang yang ketakutan menjadi pengemis sekaligus ingin dapat untung besar dengan mudah tanpa berpikir apakah orang ini akan menipu dia atau tidak. Tetapi Sraddha dalam Hindu seperti orang yang berpikir alam contoh terdahulu itu. "Marilah kita gunakan modal 1 juta ini dengan baik lewat proses ini. Saya juga tidak mau sekedar berpangku tangan untuk dapat untung besar dan saya juga tidak takut menjadi rugi, toh banyak orang sebelum saya sudah berhasil, kalau saya tidak berhasil seperti mereka pasti ada sesuatu yang salah dengan saya." Introspeksi juga tumbuh di sini! Jadi inilah Sraddha, suatu keyakinan yang muncul dan bertumbuh secara dinamis. Bukan iman buta.

Melalui ritual-ritual berusia ribuan tahun inilah kehadiran nyata Tuhan dimohonkan dalam Pura-Nya (Gb. Chakra)

Sehingga demikian pula dalam Hindu, Tuhan bukanlah sesuatu yang harus dipercayai. Kepercayaan sekali lagi tidak berhubungan dengan eksistensi. Anda boleh percaya Si X ada atau tidak. Tapi bila Si X memang ada maka dia akan selalu ada, tak masalah anda percaya atau tidak. Demikian pula, Sri Bhagavan, Tuhan Yang Maha Esa. Suatu eksistensi itu dikenali, dialami, ditemui, bukan sekedar dipercayai. Dengan demikian seperti dikatakan tadi, umat Hindu tidak membangun Pura-nya untuk membuktikan imannya. Tuhan adalah Realitas Absolut itu, sumber utama dari segala kekuatan, kuasa, dan realitas-realitas yang lainnya. Itulah yang dinyatakan dalam Vedanta-sutra 1.1.2, janmadhyasya yatah.

Dan kekuatan Tuhan pun menyatakan Diri-Nya di antara kita...

Pura ini kemudian dibangun sesuai petunjuk Agamika-sastra sebagai sarana menyalurkan energi Divinitas, menghadirkan Sang Realitas Absolut itu ke tengah-tengah dunia realitas relatif ini. Karena itu Pura adalah pitham, tahta tempat bersemayamnya kekuatan rohani Tuhan sehingga dapat “bekerja”, dalam artian dapat diakses oleh masyarakat secara umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking