Kamis, 16 Juli 2009

Pura adalah Tempat Tuhan Menjadi Bagian dari Masyarakat Manusia

Orang-orang pergi ke Pura bukanlah untuk melakukan perenungan, kontemplasi, atau untuk meditasi. Ini dapat dilakukan dengan lebih nyaman di rumah masing-masing. Kita juga pergi ke Pura bukan untuk sekedar bersenang-senang, kumpul-kumpul dengan sesama umat, melakukan berbagai hal dalam kebersamaan. Bukan! Memang ini juga salah satu fungsi atau fasilitas yang diberikan Pura bagi kita. Tapi bukan untuk itu tujuan utama kita.

Umat Hindu di Bali meniti anak tangga masuk Pura Besakih

Di dalam Pura ini kita datang dan menemui Tuhan Sendiri dalam “keserupaan-Nya” dengan kita. Di sini kita akan menemukan kedamaian dan kenyamanan, penghiburan dan pelipur lara. Di sini duka derita kita diringankan dan disembuhkan. Namun yang terpenting di sinilah kerinduan hati kita pada Tuhan memperoleh pemenuhannya. Semuanya dipenuhi oleh Kekuatan dan Kehadiran Illahi yang begitu luhur, jauh lebih mulia dari kita, tiada taranya, namun dalam saat yang sama juga begitu dekat dan mudah ditemui. Dia ada di sini dalam suatu Rupa yang “seperti” kita, seperti salah satu dari kita, menjadi bagian dari kehidupan kita. Sebagaimana kita menjawab bila dipanggil, maka di sini Tuhan datang secara Pribadi ketika kita menyerukan Nama-Nya.

Umat Hindu di Bengaluru berdesak-desakan masuk ke dalam Pura

Ritual yang sangat efektif untuk menciptakan ikatan antara penyembah dengan Yang Disembah dan selalu ada bagi mereka yang mengunjungi Pura adalah Archana. Walaupun kini kata Archana ini sudah menjadi istilah umum dalam agama Hindu untuk menyebut persembahyangan, namun secara khusus Archana berarti melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan Archa, Citra Suci Tuhan. Dalam Archa ini Tuhan menghadirkan Diri-Nya yang begitu mulia sebagai salah satu dari kita, yang mengijinkan kita berhubungan sepenuhnya dengan Beliau, baik melalui keheningan tumpahan perasaan - isi hati kita, kata-kata, dan karya fisik.

Yang Mahasuci Srimad Allakhiya Singhar, pemegang tahta suci Sri Ahobhila Matham memimpin pelaksanaan Puja-Archana bagi Tuhan Sri Sri Laksmi Narasimhadeva atau Sri Maalolan

Kita melakukan Archana di Pura sebagaimana kita memenuhi berbagai kebutuhan kita sendiri atau merawat anak kita sendiri. Archana ini memperlakukan Tuhan sebagaimana kita memperlakukan salah seorang dari diri kita. Kita membangunkan-Nya dari tidur lelap-Nya di pagi hari, memandikan-Nya, menghiasi-Nya dengan berbagai busana, menyambut-Nya setelah berhias seperti seorang istri yang mempersiapkan suaminya pergi bekerja, menghaturkan makanan, kemudian mempersilakan-Nya beristirahat, menikmati sedikit kudapan dan bersantai, sampai mengantar-Nya tidur pada malam hari. Ini dilakukan baik oleh mereka yang menjadi pendeta di Pura itu maupun dengan partisipasi umat yang mengunjungi Pura dan terlibat dalam berbagai tahapan Archana ini. Melalui Archana atau pemujaan inilah, suatu hubungan yang begitu karib terjalin antara kita dengan Tuhan. Sebuah ikatan yang semakin lama-semakin kuat, semakin hidup, dan semakin berhasil. Apabila kita sungguh ingin membangun relasi yang manis ini, maka pemujaan harus dilakukan terus-menerus, tiada putus-putusnya Tuhan dimohon kehadiran rohani-Nya dalam Archa. Archa ini atau Citra Suci Tuhan bahkan dalam tradisi dan teologi Vaishnava, yang juga didukung oleh pernyataan-pernyataan Veda dan tuntunan kitab-kitab Agamika, adalah bukan sekedar sarana konsentrasi atau objek untuk memusatkan pikiran belaka. Archa adalah sungguh-sungguh Tuhan Sendiri, Inkarnasi-Nya – Archa-avatara. Beliau sungguh-sungguh hadir dalam Rupa ini oleh belas kasih-Nya yang tiada bertepi, demi menerima pemujaan dan juga secara langsung memberikan Karunia-Nya kepada umat. Dia bukanlah patung simbol keagamaan belaka, yang mungkin penting secara relijius, tetapi tetap buta, bisu, dan tuli. Tidak! Bagi Vaishnava ini adalah Tuhan Sendiri dalam kehadiran rohani-Nya yang nyata dan manifestasi-Nya yang paling murah hati.

Para pendeta mengolesi Tubuh Rohani (Thirumeni/Divyamurti) Archa Tuhan Srinivasa Govinda (Narayana) dengan lulur rempah-rempah sebelum memandikan-Nya

Kehadiran-Nya di sini senantiasa dijaga oleh Archana, yang sekali lagi bukanlah sekedar doa, kontemplasi, dan meditasi saja, tetapi terdiri dari serangkaian ritual yang membuka kesempatan seluas-luasnya bagi umat manusia untuk terlibat di dalamnya secara fisik. Inilah mengapa Pura juga disebut Sannidhi. Itu berarti bahwa sannidhya, kehadiran Tuhan, dapat dialami, dirasakan, dan bahkan “dinikmati” sebesar-besarnya oleh semua kalangan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking