Minggu, 10 Mei 2009

Ananta Kalyana-guna-nidhi

Sifat-sifat Pribadi Parabrahman adalah ananta, tidak terbatas. Namun para Acharya menggolongkan sebagian sifat kemuliaan Beliau sebagai yang menunjukkan kemahakuasaan-Nya (aisvaryatva) atau kemahaluhuran-Nya (paratva) dan kasih sayang (vatsalyatva) atau rasa manis-Nya (madhuryatva).

Sifat-sifat Tuhan yang diagungkan dalam Upanishad seperti satyatva (kebenaran kekal), jnanatva (penuh pengetahuan dan sadar sempurna), dan anandatva (penuh kebahagiaan) seperti yang kita dapatkan dalam Taittiriya, maupun sifat-sifat lain yang diuraikan dalam berbagai Upanishad, kemudian mengkristal menjadi enam kemuliaan dalam Pancaratra-sastra yang dikenal pula sebagai Bhagavat-sastra. Enam kemuliaan ini disebut Sad-guna-kalyana. Sifat-sifat itu pertama adalah jnanam (Pengetahuan), istilah ini menyatakan kemahatahuan atau pengetahuan sempurna mengenai segala sesuatu di dunia rohani maupun alam semesta duniawi, baik pada masa lalu, kini, dan akan datang. Kedua adalah aisvaryam (Kuasa), ini menunjukkan kesempurnaan Pribadi Tertinggi yang dengannya Beliau menjadi kausa absolut dan utama, sehingga dengan demikian Beliau menguasai seluruh manifestasi semesta. Kegiatan dari Pribadi Tertinggi didasarkan atas kemerdekaan absolut (svatantriya) dan keputusan sendiri yang tak pernah gagal (satya sankalpa). Ketiga adalah sakti (Energi). Tuhan merupakan kausa instrumental/ kausa efisien dan juga sekaligus kausa ingredensia/kausa material dari segala manifestasi kosmis. Sebagai contoh seperti seorang perajin gerabah yang membuat kendi tanah liat. Si perajin adalah orang yang berkeinginan membuat kendi tanah liat dan dia juga yang akan mengerjakan pembuatannya. Dia adalah merupakan kausa instrumental (nimitta). Sedangkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan kendi itu seperti tanah liat, air, dan alat-alat lainnya merupakan kausa ingredensia (upadana). Keduanya merupakan kausa atau penyebab terbentuknya sebuah kendi. Melalui berbagai sakti/ energi dan berbagai perubahannya (parinama) ini, Tuhan menjadi asal-muasal segalanya. Jadi dalam Vaishnava-siddhanta Tuhan tetap merupakan pembentuk maupun bahan dari segala ciptaan, melalui sakti yang bersumber dari Diri-Nya. Keempat adalah bala (Kekuatan) Ini menunjukkan kemahakuasaan Tuhan yang memiliki kekuatan untuk memproyeksikan, memelihara, dan menguraikan/meleburkan seluruh semesta kemudian memproyeksikannya kembali tanpa pernah mengalami kelelahan. Kelima adalah virya (Kuasa penciptaan). Ini mengindikasikan bahwa sekalipun Tuhan adalah kausa dari alam semesta, namun Beliau Sendiri tidaklah pernah berubah dan tidak terpengaruh oleh aktivitas proyeksi, sustentasi, dan transformasi kosmis. 

Vaishnava-siddhanta tidak sependapat dengan teori impersonalis-monistik yang menyatakan bahwa Tuhanlah yang berubah menjadi alam dan makhluk hidup. Kesalahtahuan kita atau khayalan kita (vivarta) membuat kita tidak menyadari kesatuan segalanya dengan Tuhan. Paham ini disebut vaivarta-vada. Namun dalam Vaishnava-siddhanta dinyatakan bahwa Tuhan tetap sebagai Tuhan, hanyalah energi-Nya (sakti) yang mengalami perubahan. Paham ini disebut tad-tac-cakti parinama-vada

Keenam adalah tejas (Keunggulan) Ini berarti bahwa Tuhan adalah penuh sempurna dalam Diri-Nya Sendiri dan tidak membutuhkan sesuatu apapun dari yang lain untuk menjaga eksistensi-Nya. Tetapi segala-galanya mempertahankan eksistensinya hanya dengan bersandar pada Tuhan. Beliau tidak memiliki saingan. Dengan demikian Parabrahman, Sri Bhagavan, disebut sebagai sadgunayapurnam atau Dia yang dihiasi enam kemuliaan secara sempurna. Inilah sifat-sifat dari Tuhan yang menekankan keagungan-Nya yang tiada bandingannya atau sifat paratva-Nya.

Sisi lain Tuhan adalah madhuryatva, Penuh Rasa Manis, yang menjadikan Tuhan memiliki berbagai sifat yang memungkinkan-Nya menjadi sausilyam (dapat berhubungan akrab dengan siapa saja) dan saulabhyam (mudah didekati, tidak berusaha menjauhkan Diri-Nya). Salah satu sifat paling utama dari Sri Bhagavan adalah Anugraha atau dikenal pula sebagai Daya, Anukampa, Kripa dan Karuna, yang dapat diartikan sebagai belas kasih. Dalam kitab Madhurya-kadambini, yang diuraikan oleh Srila Visvanatha Cakravarthipada, seorang Acharya yang agung dalam garis Gaudiya-vaishnava, dinyatakan bahwa Kripa-sakti (kekuatan belas kasih) mewujudkan dirinya dalam mata padma Tuhan dengan berbagai keindahannya. Melalui pandangan-Nya, Tuhan menjulurkan kripa-sakti ini kepada para prapanna, mereka yang menyerahkan diri kepada-Nya. Bagi para dasya-bhakta (mereka yang memuja Tuhan dalam rasa penghambaan) dia adalah kemurahan hati-Nya. Bagi para vatsalya-bhakta (mereka yang memuja Tuhan dalam kasih orangtua) dia adalah kecintaan atau ikatan kasih dalam keluarga. Bagi para sakhya-bhakta (mereka yang memuja-Nya dalam cinta persahabatan) dia adalah hangatnya keakraban. Sedangkan bagi para madhurya-bhakta (yang memuja Tuhan sebagai Kekasih) dia adalah kekuatan daya tarik yang meluluhkan hati. 

Dengan cara ini Kripa-sakti hadir dalam berbagai rupa sesuai dengan berbagai perasaan cintakasih para pemuja-Nya yang berbeda-beda. Kripa-sakti Tuhan ini memicu iccha-sakti (kekuatan kehendak bebas Tuhan) yang dapat mewujudkan segala-galanya tanpa batas, untuk menjamah roh-roh berdosa dan mewujudkan dalam diri mereka keberagaman perasaan tertarik (raga) terhadap Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking