Sri Udupi Krishna
Sri Vadiraja Tirtha menyanyikan pujian ini kepada Archa Tuhan Sri Krishna yang dipuja di Pura Suci Udupi. Beliau mengatakan bahwa Tuhan oleh belas kasih-Nya telah menampakkan Diri bagi hamba kesayangan-Nya Sri Madhvacharya, hadir dalam wujud Archa dan memilih Udupi sebagai tempat tinggal-Nya. Dengan demikian Beliau membuat Diri-Nya tak terpisahkan dari mereka yang mencintai-Nya di bumi ini dan Beliau menerima mereka semua di hadirat-Nya yang tersuci di Udupi sebagai milik yang paling disayangi-Nya. Dapatkah kita menolak memuja Rupa Archa Beliau yang sedemikian murah hati ini?
Palayachyutha palayajitha palaya kamalalaya,
Leelaya drutha bhoodharamburuhodhra swajanodhara
Berbelas kasihlah padaku Oh Yang Tak Pernah Gagal, Achyuta!
Berbelas kasihlah padaku Oh Yang Tak Terkalahkan, Ajitha!
Berbelas kasihlah padaku Oh Tempat Bersemayamnya Laksmi, Kamalalaya!
Yang dengan mudah mengangkat sebuah gunung dengan jari kelingking-Nya,
Yang selalu menepati sabda-Nya Sendiri,
Yang membuat semua insan menjadi milik kesayangan-Nya!
Berbelas kasihlah padaku Oh Yang Tak Pernah Gagal, Achyuta!
Berbelas kasihlah padaku Oh Yang Tak Terkalahkan, Ajitha!
Berbelas kasihlah padaku Oh Tempat Bersemayamnya Laksmi, Kamalalaya!
Yang dengan mudah mengangkat sebuah gunung dengan jari kelingking-Nya,
Yang selalu menepati sabda-Nya Sendiri,
Yang membuat semua insan menjadi milik kesayangan-Nya!
Madhwa manasa padma bhanu samam smara prathimam (sam) smara,
Snighdha nirmala seethe kanthila sanmukham karunonmukham,
Hrudhya kambhu samana kandharamakshayam durithakshayam,
Snigdha samsthutha roupya peeta kruthalayam harimalayam.
Pusatkanlah hatimu sampai saat akhir pun tiba, Kepada Tuhan kita Sri Hari. Yang adalah mentari bercahaya, memekarkan pikiran Sri Madhvacharya yang bagaikan kembang seroja. Yang Mahatampan, dengan wajah bercahaya bagai rembulan, lembut tanpa noda.
Yang adalah pengejawantahan segala belas kasih, dengan leher-Nya secantik kulit lokan putih yang suci. Yang tidak pernah mengalami kelapukan, senantiasa dalam kesegaran usia belia. Yang memusnahkan segala derita dan telah memilih Udupi sebagai rumah kediaman-Nya.
Ini adalah doa orang suci agung Sri Thyagaraja yang saat itu tiba di Sri Rangam untuk menerima darshana Tuhan yang dipuja dengan nama Sri Ranganatha atau Sri Rangasayi. Tetapi saat itu tengah berlangsung perayaan arak-arakan Archa Beliau yang diikuti oleh ratusan ribu orang. Sri Thyagaraja kesulitan memasuki Pura Agung itu dan tak seorangpun memperhatikannya. Beliau lalu menyanyikan doa ini. Seketika itu Tuhan menjawab dengan menghentikan arak-arakan. Archa Tuhan yang berada di atas kereta tidak bisa digerakkan sampai Sri Thyagaraja mendapat kesempatan mendekati-Nya. Kemudian dengan penuh kemuliaan Sri Thyagaraja dibawa ke dalam Ruang Mahasuci dan melaksanakan pemujaan secara pribadi seorang diri di sana. Siapa yang mengatakan bahwa Rupa Archa Tuhan ini bisu, tuli, dan buta? Bagi pencinta Tuhan Sejati seperti Sri Thyagaraja, Tuhan sungguh-sungguh hadir dan menjawab doanya.
O rangashayi pilacite O yanucu ra rada saranga varudu juci kailasadhipudu galeda bhuloka vaikuntham idiyani nilona nive yuppongi shri loludai yunte ma cintadire dennado melorva leni janulalo ne migula nogili divya rupamunu mutyala sarula yuramunu gana vacciti tyagaraja hrd-bhusana
O Rangasayi! Mengapa Engkau tak menjawab panggilan kerinduanku??
Tidakkah Engkau yang seketika itu memberikan kuasa kepada Siva untuk menjadi Yang Dipertuan Kailasha? Bila Engkau, yang telah menjadikan Sri Rangam di bumi ini sebagai kediaman rohani-Mu Sri Vaikuntham, kini tengah lupa diri dalam kebersamaan-Mu dengan Sri Laksmi, kapankah dukacitaku bisa berakhir? Hamba-Mu telah menderita sedemikian rupa, hidup di tengah orang-orang dengki yang tak dapat melihat orang lain bersukacita. Kini hamba datang mencari penghiburan-Mu, dari darshana Rupa-Mu yang dihiasi kalungan mutiara di dada. O Rangasayi, permata hati Thyagaraja! Dengarlah seruanku dan datanglah!
Yang adalah pengejawantahan segala belas kasih, dengan leher-Nya secantik kulit lokan putih yang suci. Yang tidak pernah mengalami kelapukan, senantiasa dalam kesegaran usia belia. Yang memusnahkan segala derita dan telah memilih Udupi sebagai rumah kediaman-Nya.
Sri Ranganatha Sri Rangam
Ini adalah doa orang suci agung Sri Thyagaraja yang saat itu tiba di Sri Rangam untuk menerima darshana Tuhan yang dipuja dengan nama Sri Ranganatha atau Sri Rangasayi. Tetapi saat itu tengah berlangsung perayaan arak-arakan Archa Beliau yang diikuti oleh ratusan ribu orang. Sri Thyagaraja kesulitan memasuki Pura Agung itu dan tak seorangpun memperhatikannya. Beliau lalu menyanyikan doa ini. Seketika itu Tuhan menjawab dengan menghentikan arak-arakan. Archa Tuhan yang berada di atas kereta tidak bisa digerakkan sampai Sri Thyagaraja mendapat kesempatan mendekati-Nya. Kemudian dengan penuh kemuliaan Sri Thyagaraja dibawa ke dalam Ruang Mahasuci dan melaksanakan pemujaan secara pribadi seorang diri di sana. Siapa yang mengatakan bahwa Rupa Archa Tuhan ini bisu, tuli, dan buta? Bagi pencinta Tuhan Sejati seperti Sri Thyagaraja, Tuhan sungguh-sungguh hadir dan menjawab doanya.
Sri Thyagaraja
O rangashayi pilacite O yanucu ra rada saranga varudu juci kailasadhipudu galeda bhuloka vaikuntham idiyani nilona nive yuppongi shri loludai yunte ma cintadire dennado melorva leni janulalo ne migula nogili divya rupamunu mutyala sarula yuramunu gana vacciti tyagaraja hrd-bhusana
O Rangasayi! Mengapa Engkau tak menjawab panggilan kerinduanku??
Tidakkah Engkau yang seketika itu memberikan kuasa kepada Siva untuk menjadi Yang Dipertuan Kailasha? Bila Engkau, yang telah menjadikan Sri Rangam di bumi ini sebagai kediaman rohani-Mu Sri Vaikuntham, kini tengah lupa diri dalam kebersamaan-Mu dengan Sri Laksmi, kapankah dukacitaku bisa berakhir? Hamba-Mu telah menderita sedemikian rupa, hidup di tengah orang-orang dengki yang tak dapat melihat orang lain bersukacita. Kini hamba datang mencari penghiburan-Mu, dari darshana Rupa-Mu yang dihiasi kalungan mutiara di dada. O Rangasayi, permata hati Thyagaraja! Dengarlah seruanku dan datanglah!
Bila hati kita membatu, bukan berarti hati orang lain juga membatu.
Bila kita buta, bukan berarti orang lain juga tak bisa melihat.
Bila kita tak mampu menginsafi
kehadiran Tuhan yang ajaib dalam Archa-Nya,
bukan berarti orang lain juga
hanya melihat sebongkah batu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar