Sri Vyasa Tirtha salah satu tokoh Dvaita-vedanta terbesar dari garis perguruan Tattvavada, mengatakan bahwa Acharya Sriman Madhva, pengajar utama Dvaita-vedanta menegaskan harih paratarah, Sri Hari adalah yang tertinggi. Ada tingkatan-tingkatan di antara para insan, dan Sri Hari (Vishnu) adalah Insan Yang Tertinggi, yang berarti Beliau bahkan berada di atas yang paling tinggi di antara semuanya itu. Dalam salah satu pengertian para Tattvavadi mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah tiada duanya. Beliau mampu memanifestasikan Diri dalam berbagai aspek-Nya yang tak terbatas. Semuanya sempurna dalam aspek-aspek tertentu itu, akan tetapi bagi Tattvavadi konsep ketuhanan Vishnu adalah yang tertinggi. Sri Hari juga merupakan yang tertinggi di antara pribadi-pribadi yang kekal (nityo-nityanam) dan yang paling tinggi di antara segala kehidupan (cetanas-cetananam). Ini menunjukkan bahwa tak seorangpun yang menyatu ke dalam-Nya setelah mencapai pembebasan karena persatuan semacam itu tidak dapat diterima bagi paratparatva (kemahaluhuran)-Nya. Singkatnya, sekalipun telah mencapai moksa, tak satupun dapat menjadi Parabrahman Vishnu, setara, apalagi melampaui-Nya.
Kemudian satyam jagat, alam ini adalah nyata adanya. Para Kevala-advaitavadi berpendapat bahwa alam semesta ini hanyalah khayalan belaka, tidak memiliki substansi yang nyata. Hanya tampaknya saja ada, tetapi sebenarnya tidak ada. Tetapi Tattvavada menyatakan bahwa alam adalah nyata, segala keanekawarnaannya adalah nyata, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sekalipun bersifat sementara adalah nyata. Kenapa alam itu nyata? Karena menurut pengalaman langsung, kesimpulan logika, dan otoritas sastra tidak ada yang bisa membuktikan alam hanya ilusi. Tidak ada pernyataan Veda yang mengatakan bahwa alam ini palsu dan sekedar khayalan.
Tattvata bhedah, keanekawarnaan dan keberagaman adalah nyata. Perbedaan merupakan kenyataan yang juga tidak dapat disangkal, jiveshvarabhida chaiva jadeshvara bhida tatha| jivabhedo mithashchaiva jadajiva bhida tatha| mithashcha jadabhedo’yam prapancho bhedapanchakah||, ada perbedaan antara jiva dengan isvara, benda mati (jada) dengan isvara, jiva dengan jiva, jiva dengan jada, dan antara jada dengan jada. Kelima perbedaan ini membangun seluruh alam semesta. Terlalu banyak perbedaan yang harus diabaikan untuk menerima bahwa semuanya adalah satu dan sama. Tidak ada pilihan lain kecuali menerima apa adanya bahwa perbedaan itu nyata (tattva).
Jumat, 01 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar