Sabtu, 09 Mei 2009

Saling Gugat

Non Hindu (NH): Mengapa umat Hindu menyembah benda mati bukan Tuhan yang sejati dan hidup?
Hindu (H): Itu katamu, bukan kami. Kami memuja Parabrahman Sri Bhagavan, Kebenaran Mutlak yang Utama dan Pribadi Tertinggi yang asli.

NH: Tapi di Pura-Puramu kamu memuja patung batu, mempersembahkan sesaji dan menyembahnya.
H: Kamu cuma bisa melihat batu, tapi kami melihat Rupa menakjubkan dari Sri Bhagavan yang kami cintai sepenuh hati.

NH: Tuhan Mahabesar, Mahaagung, Tak Terbatas, Mutlak, Mahakuasa, tak berwujud, tidak menyerupai apapun. Bagaimana kamu bisa mengatakan melihat Rupa-Nya?
H: Kamu tidak melihat tapi kami melihat. Kamu tidak tahu tapi kami tahu. Para Rishi kami mengetahui Rupa sejati Beliau tetapi kamu tidak. Dalam sastra suci kami Tuhan mengungkapkan Rupa-Nya tetapi dalam sastramu tidak. Kami mengenal-Nya dengan baik tetapi kamu tidak. Lalu mengapa kamu bisa mengatakan kami salah atau benar, sedangkan kamu tidak tahu apa-apa?

NH: Kalaupun Tuhan berwujud, tetapi kamu tidak bisa membuat citra-Nya. Kamu tidak bisa membuat gambar-Nya, patung-Nya, atau ukiran-Nya. Sekalipun mungkin bentuk-bentuk ini bisa mengingatkanmu kepada-Nya, sebagai objek untuk membantu memusatkan pikiran kepada-Nya seperti yang sering dikatakan oleh pemuka-pemuka agamamu, tetapi tetap saja kamu tidak bisa menyembahnya. Foto seseorang bagaimana pun sempurnanya bukan orang itu sendiri. Orang bodoh pun tahu ini.
H: Itu keterbatasanmu bukan keterbatasan Tuhan. Fotomu memang berbeda dengan dirimu. Memberikan makanan pada fotomu tidak akan membuatmu kenyang. Tapi Tuhan tidak seperti kamu. Beliau Mahakuasa, paramasvatantra, tidak terikat oleh syarat-syarat apapun. Satyasankalpa, segala hal dimungkinkan bagi Beliau. Sarvasaktiman, Beliau adalah pemilik dari segala kekuatan yang tak terbatas, sumber dari energi rohani maupun duniawi. Beliau juga adalah paramakrupalu, yang paling berkarunia. Oleh karunia Beliau yang tiada sebabnya, nirhetuka-krupa, Beliau telah mengungkapkan Veda dan Agamasastra seperti Pancaratra, yang memungkinkan kami mengundang kehadiran rohani Beliau di dalam Rupa Archa-Nya. Oleh kemurahan hati-Nya kepada kami, Beliau telah memberitahukan rahasia ini. Beliau telah memberitahu kami bagaimana caranya memohon kehadiran Beliau dan Beliau sangat mengasihi kami sehingga Beliau juga bersedia hadir seperti itu demi kami. Setelah itu kami dapat melakukan pelayanan secara langsung kepada Beliau melalui Archa-Nya. Bukan salah kami jika Tuhan tidak memberikan keistimewaan ini kepada kamu.

NH: Bila Tuhan benar-benar hadir dalam Archa-Nya yang kalian sembah, lalu kenapa kami bisa meremukkannya menjadi debu? Mengapa kami dapat menghancurkan Pura-Puramu dengan mudah? Mengapa Dia hanya diam saja melihat tempat suci-Nya diporak-porandakan?
H: Kami menerimanya sebagai pelajaran dan karunia juga dari Beliau. Peristiwa mengerikan semacam ini tidak membuat kami sedikitpun kehilangan keyakinan kepada Tuhan. Dengan ini Beliau memperlihatkan kepada kami, bahwa masih ada kekurangan dalam cinta dan pelayanan kami kepada Beliau, sehingga kehadiran Beliau yang rohani tidak ada lagi dalam Archa-Nya. Ini berarti kami harus memperbaiki kekurangan kami. Dengan melenyapkan Rupa Beliau yang tertampak di mata kami, Beliau telah hadir dalam Rupa-Nya yang jauh lebih mulia di hati kami, tempat kami memuja-Nya dalam kerinduan kami. Lihatlah bagaimana Sri Thyagaraja memuja Sri Rama ketika Archa Sri Rama pujaannya dibuang ke sungai. Dia bertemu dengan Sri Rama setiap saat, setiap detik, melihat-Nya dalam hatinya. Dapatkah kamu memuja Tuhan seperti ini? Beliau juga ingin memperlihatkan sesuatu yang lain kepada mata dunia. Atau lebih tepatnya kamu sendiri yang menunjukkan kepada dunia, betapa bodohnya dirimu. Bagaimana kamu bisa berpikir dengan menghancurkan Archa-Nya kamu sudah bisa melenyapkan Tuhan? Sekalipun bila benar patung-patung itu tidak memiliki nilai rohani sama sekali. Tidak ada kenyataan apapun yang kamu buktikan dengan menghancurkannya. Hanya kebodohan, kemarahan, dendam, pengendalian diri yang lemah, dan keterikatanmu pada hal-hal duniawi yang dapat kamu pamerkan. Kamu mengatakan itu hanya benda mati, tetapi kenapa tuhanmu yang sejati begitu takut padanya. Kenapa dia merasa benda-benda ini dapat menyainginya dan mengurangi keimananmu kepadanya? Lalu bila dia sungguh mahakuasa, mengapa dia tidak turun sendiri ke sini dan menghancurkan tuhan-tuhan “palsu” saingannya, supaya kami bisa sadar dan turut meyakininya? Ketika Pura-Pura kami dihancurkan, kami tidak melihat kegeraman murka tuhan sejati yang dijatuhkan pada penyembahan tuhan kami yang kalian kutuki. Kami justru melihat kebodohan besar sekelompok orang yang begitu menjijikkan dan tak mengenal budaya, yang mengikuti perintah tuhan yang sama lemah dan tidak beradabnya. Dengan demikian Beliau mengajarkan dan menunjukkan kepada kami secara nyata, siapa yang harus didengar, siapa yang harus dipercayai.

NH: Kamu sangat ahli berfilsafat sehingga hatimu membatu dan tidak dapat menerima firman tuhan yang benar. Filsafat dan pengetahuan ini semua berasal dari Iblis.
H: Iblismu lebih pintar dari tuhanmu, dia lebih licik dan pandai, mengapa kami harus percaya pada tuhan yang ada saingannya seperti itu? Wajar saja kalau akhirnya orang bisa-bisa lebih memilih ikut iblis saja. Bhagavan Sri Krishna yang kami puja tidak memiliki saingan, satu tiada dua-Nya, segala pengetahuan berasal dari-Nya, Beliau adalah sac-cid-ananda-vigraha, yang wujud-Nya kekal, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan. Kami belajar agar hati kami sepenuhnya dirohanikan agar Tuhan berkenan bersemayam di dalamnya. Karena itu kami dapat melihat kehadiran Tuhan di mana-mana. Tapi hatimulah yang membatu dipenuhi berbagai konsep duniawi sehingga hanya bisa melihat batu sebagai batu saja. Sekalipun Tuhan hadir di hadapanmu, yang kamu lihat hanyalah batu. Ini ketidakberuntunganmu, bukan kami.

NH: Kamu sudah menghina tuhan dan agama kami. Kamu menjelek-jelekkan kepercayaan kami dan menghujat tuhan.
H: Kamu terlalu miskin untuk membeli cermin...

3 komentar:

  1. Hare Krishna...

    "The fact that a believer is happier than a skeptic is no more to the point than the fact than a drunken man is happier than a sober one." ~ George Bernard Shaw

    BalasHapus
  2. Hare Krishna...

    "The best and most beautiful things in the world
    cannot be seen, nor touched...but are felt in the heart." -Helen Keller

    BalasHapus
  3. Wahai saudaraku, dalam pernyataan anda yang menanyakan "jika tuhan kami mahakuasa, mengapa dia tidak menghancurkan tuhan2 palsu yang menyainginya?". Menurut agama kami, dunia fana ini hanya sebuah ujian untuk mencapai dunia yg kekal kelak. Seperti halnya ujian, tidak mungkin guru atau pengawas membenarkan jawaban peserta ujian yang salah!selain itu, tuhan kami tidak merasa tersaingi oleh tuhan anggapan kalian karena tuhan kami tidak butuh kalian, tapi kalian yg membutuhkan tuhan(Allah swt.) suatu saat nanti dihari setelah dunia ini hancur kalian akan mengetahui yang mana hitam yang mana putih sesungguhnya.

    BalasHapus

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking