Seorang Mumuksu atau jiva yang berkehendak mencapai kesempurnaan rohani dalam kedudukan sejatinya yang bebas dari samsara sebenarnya tidak saja memperhatikan apa yang disebut Paapa yang biasanya diterjemahkan sebagai reaksi dosa, tetapi juga apa yang kita sebut karma – phala, aksi – reaksi, perbuatan dan hasilnya. Dosa sebenarnya adalah hasil dari unskillful acts, tindakan atau karma yang dilakukan tidak selaras dengan hukum semesta yang dapat mengakibatkan timbulnya dukacita dan penderitaan fisik sebagai buahnya. Dukacita dan penderitaan ini juga kita sebut klesha. Klesha atau noda dukacita berasal dari tiga jenis yaitu avidya (kegelapan batin), paapa-bija (benih reaksi dosa), dan paapa (reaksi dosa). Avidya merupakan sumber dari perbuatan berdosa atau disebut juga perbuatan yang tidak memberikan kemujuran (asubha-karma). Dari asubha-karma muncullah paapa-bija, dosa yang belum menampakkan efeknya, dan akhirnya paapa, reaksi dosa yang berupa duhkha, dukacita, kemalangan, penderitaan, dan hal-hal tidak mujur lainnya. Semua jenis dosa ini menimbulkan pula apa yang kita sebut duskriti, ketidakbajikan. Jadi di sini perlu kita ingat bahwa klesha (avidya, paapa-bija, paapa) adalah penyebab dari duhkha.
Selanjutnya klesha ini kita pahami dari satu sisi lainnya, yaitu berkenaan dengan menempuh jalan bhakti. Hal-hal yang tidak diinginkan dalam bhakti, yang dapat menimbulkan gangguan dalam tercapainya kesempurnaan bhakti, disebut anartha. Klesha ini menimbulkan anartha yang berasal dari duskriti (ketidakbajikan atau kemalangan) yang kita kenal sebagai duskrityuttha-anartha. Anartha ini seperti juga anartha yang lainnya menghambat kemajuan bhakti, dengan demikian juga menghambat jiva dalam mewujudkan pelayanan cintakasihnya yang murni kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri Bhagavan।
Anartha juga bisa berasal dari buah kebajikan atau sukriti, disebut sukrityuttha-anartha. Sukriti berasal dari perbuatan yang berkebajikan dalam pengaruh tiga sifat alam atau subha karma, sehingga disebut karma-unmukhi-sukriti. Bisa juga dari mengembangkan pengetahuan (jnana) dan ketidakterikatan (vairagya) secara terpisah dari bhakti, yang disebut juga jnana-unmukhi-sukriti. Jadi baik duskriti maupun sukriti yang bersifat tidak sepenuhnya transendental dalam bhakti akan dapat menimbulkan anartha bagi pertumbuhan bhakti itu sendiri. Kedua jenis anartha ini, duskriti dan sukriti, sama-sama berasal dari karma, yang bersifat subha maupun asubha.
Sekarang kita bertanya apakah mungkin karma ini dihapuskan? Sangat mungkin dan harus. Kalau tidak bagaimana kita menyingkirkan anartha? Apabila segala sesuatunya berjalan menurut hukum sebab-akibat yang disebut karma ini, lalu dimana peran Tuhan? Beliau adalah karma-phala-data, yang melalui berbagai shakti-Nya menganugerahkan hasil dari karma ini, baik berupa dukacita maupun sukacita. Jadi hanya Beliau yang memiliki kuasa mengubah karma seseorang. Sri Bhagavan sungguh-sungguh dapat membatalkan semua jenis karma ini, kalau tidak Beliau sama sekali tidak pantas menjadi Tuhan. Bagaimana mungkin ada sesuatu yang tak dapat dilakukan oleh Tuhan?
Rabu, 15 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar