Sabtu, 25 April 2009

Mengapa Kita Meyakini Kebenaran Veda?

Tiap penemuan atau riset mengenai suatu subjek yang tak dikenal pertama-tama dimulai dengan adanya beberapa hipotesis dan asumsi. Bila asumsi-asumsi itu benar, maka si peneliti akan mendapatkan hasil yang bagus dan dapat menemukan atau menyadari suatu pengetahuan yang baru. Bila asumsi itu salah, dia juga akan secepatnya dapat menyadarinya dan tidak melanjutkan risetnya ke arah itu lebih lanjut lagi. Begitu juga ketika mempelajari buku baru mengenai suatu subjek yang tak diketahui, apapun itu, pertama-tama kita harus memiliki rasa hormat terhadap sang penulis atas karyanya itu dan lebih jauh lagi kita menganggap bahwa penulis sedang memberitahukan suatu kebenaran dalam bukunya. Apabila pada akhirnya kita justru menemukan sebaliknya, maka kita perlu mempertanyakan hal itu atau menunjukkan kesalahannya dalam publikasi penelitian kita sendiri. Tanpa mempelajari subjek tersebut, kita hendaknya jangan meragukannya terlebih dahulu. Hanya setelah mengkajinya saja kita bisa tahu, apakah yang disampaikan itu benar atau salah.
Jadi seseorang harus mulai mempelajari Veda dengan keyakinan bahwa semua itu benar dan kemudian maju lebih jauh lagi. Begitu pembelajaran anda maju lebih dalam dan semakin dalam, maka anda akan menyadari bahwa keyakinan anda itu bukanlah keyakinan buta. Itu adalah keyakinan yang benar. Kita tidak dapat memahami subjek-subjek ilmu teknik atau ilmu kedokteran yang rumit pada saat kita masih pra sekolah. Kita harus percaya dulu bahwa semua ilmu itu adalah benar dan mulai belajar subjek-subjek yang paling mendasar terlebih dahulu. Setelahnya dapatlah kita memahami subjek yang lebih rumit. Begitu pula kita perlu percaya kepada Veda dan mempelajari semua sastra. Maka dengan demikian pada akhirnya anda akan mendapati dan menyadari bahwa keyakinan anda selama ini bukanlah kepercayaan buta dan Veda sungguh-sungguh kebenaran yang kekal abadi.
Ada tiga jenis bukti yaitu dokumenter, sirkumstansial, dan kesaksian langsung. Dalam istilah kitab suci (Veda) ketiganya disebut pramana, yaitu shabda (dokumenter), anumana (inferensial atau sirkumstansial) dan pratyaksha (kesaksian langsung). Kita memiliki semuanya ini untuk membuktikan Divinitas (keilahian) dari semua pustaka suci kita berikut semua penjelasannya.
Benar kita meyakini bahwa Veda bukanlah ciptaan atau karangan makhluk duniawi. Veda memang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Veda merupakan sabda rohani Sang Mahapencipta. Mengapa kita bisa meyakini hal ini? Pertama, kita memiliki sebuah sistem pencatatan yang jelas. Pustaka-pustaka suci kita itu sendiri memberitahu kita mengenai sumber dari tulisan-tulisannya. Upanishad, yang merupakan revelasi utama, memberitahukan kepada kita bahwa Veda-veda, Upanishad-upanishad dan semua para Rishi diciptakan langsung oleh Tuhan Maha Vishnu Sendiri dan kemudian juga dilindungi oleh Beliau. Tidak hanya satu, namun di banyak tempat hal ini telah dicatat atau didokumentasikan dalam Upanishad. Brihadaranyakopanishad (2.4.10) menyatakan bahwa empat Veda, Purana-purana, Itihasa-itihasa dan semua turunan serta pelengkap Veda, berikut tatabahasanya diciptakan langsung oleh Tuhan Sendiri. Lagi dalam Chandogyopanishad (7.1.2) dikatakan bahwa kitab-kitab sejarah (yang disebut Itihasa seperti Ramayana dan Mahabharata) dan juga Purana merupakan Veda ke lima. Sebagai pembuktian secara dokumentasi ilmiah, Mahabharata memberikan data astronomik yang rinci mengenai kapan Bhagavan Vedavyasa membuat reproduksi pustaka-pustaka suci Veda ini dan juga kapan perang besar Bharatayudha terjadi. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa peristiwa yang dikisahkan dalam kitab suci Veda maupun Itihasa sungguh benar terjadi.
Kedua,dengan memperhatikan kedalaman, luasnya pembahasan, ketepatan, dan kesempurnaan pengetahuan pustaka suci yang demikian itu, yang berada di luar jangkauan kecerdasan manusia, maka dengan mudah dapat disimpulkan bahwa semua ini pastilah merupakan pengetahuan yang bersifat adi-duniawi, yang hanya mungkin berasal dari Tuhan. Kedalaman filsafat mengenai Tuhan dan pencerahan akan Tuhan dengan deskripsinya yang sangat rinci, panjang lebarnya deskripsi sejarah dalam Purana dan Itihasa, ketepatan perhitungan periode-periode dan siklus waktu (sebagai contoh dalam Veda dinyatakan awal mula keberadaan peradaban manusia adalah 120, 5331 juta tahun; usia bumi dan juga keberadaan bentuk matahari ini adalah 1971,9616 juta tahun pada tahun 1998; awal mula sistem tata surya ini adalah 155,521972 triliun tahun; hampir sama dengan penemuan ilmiah modern. Bahkan kitab suci Bhagavata (3.11.4) menyatakan bahwa waktu dihitung berdasarkan getaran atom seperti standar waktu yang kita gunakan sekarang dalam fisika modern), dan sempurnanya tata bahasa Sanskrit sejak dia diperkenalkan di bumi melalui para Rishi purba di India, adalah sebagian kecil dari contoh-contoh yang tidak dapat disamai oleh kitab-kitab (agama) lain. Contoh-contoh ini tentu saja secara alamiah merupakan bukti keagungan rohani pustaka suci Veda.
Ketiga, sehubungan dengan kesaksian langsung, kisah setiap orang suci sepanjang masa, yang telah merealisasikan Tuhan, telah menjadi saksi atas kemuliaan Tuhan tercintanya, dan juga berada dalam pergaulan langsung bersama Tuhan, membentuk tema utama dalam semua kitab suci kita. Demikian pula ketika mereka yang sempurna ini menuliskan atau menguraikan sesuatu berkenaan dengan keinsafannya, maka itu semua sempurna sejalan dengan ajaran pustaka suci. Ada begitu banyak contoh yang demikian itu. Pengetahuan mengenai keberadaan kediaman-kediaman surgawi dan para dewanya sejauh kita perhatikan tidak perlu seorang Maharishi Veda sejati untuk membuktikannya. Bahkan seorang yogi yang tengah mengembangkan diri dalam ajaran Veda, yang sudah mencapai kesempurnaan samadhi tertentu, dapat melihat surga dan para penguasanya dalam tahapan tertentu samadhinya. Dari jaman yang sangat lampau sampai masa sekarang ini kita memiliki berbagai kisah hidup para Rasika-bhakta yang pergaulan rohaninya dengan Tuhan Sri Krishna diuraikan secara panjang lebar. Ada sejumlah besar orang suci di Braja (tempat suci bagi para penyembah Sri Krishna di India) sepanjang limaratus tahun terakhir ini yang menulis visuali-sasi mereka mengenai permainan rohani Tuhan dalam bentuk lagu-lagu yang disebut pada (padavali). Ada ribuan jumlahnya dan semua dicetak dalam bentuk buku. Seorang suci Rasika-bhakta, Surdasji, dikatakan telah menyanyikan lebih dari seratus ribu lagu tentang Tuhan Tertinggi Krishna. Artinya beliau paling tidak menggubah 15 sampai 20 lagu setiap harinya. Sekarang inipun masih ada sekitar dua ribu lagu yang dapat ditemukan. Ini merupakan keindahan penggambarannya, yaitu beliau menyanyikan lagu sambil melihat visi rohani itu secara nyata. Para orang suci ini juga menuliskan aspek filosofis dari bentuk dan sifat Tuhan, serta jalan sejati menuju keinsafan akan Tuhan. Mistikus-mistikus yang diyakini tenggelam dalam realisasinya pada Tuhan merupakan sesuatu yang luar biasa dalam tradisi rohani lain. Namun kita memiliki ribuan orang suci seperti itu yang ada, telah ada, dan akan ada sepanjang masa. Mereka yang sungguh-sungguh telah mengalami Tuhan ini juga menjelaskan dasar filosofis dari pengalaman rohaninya, sehingga benar-benar bukan merupakan ungkapan emosional belaka. Dengan cara inilah mereka telah menyaksikan Tuhan secara langsung dan juga membuktikan kebenaran Tuhan dalam pustaka suci kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking