Senin, 27 April 2009

Tuhan dalam Hindu (2)

Alam semesta di sekitar kita tampak sebagai fenomena kompleks yang selalu berubah dan tidak kekal. Di balik fenomena yang sementara ini, ada substratum eterna, Zat Kekal yang tidak pernah berubah. Ini disebut sebagai Kebenaran Mutlak Tertinggi. Mutlak diterjemahkan dari kata Absolut, suatu istilah Latin yang menyatakan substansi yang bebas dari segala hambatan dan ikatan keterbatasan. Dalam Vedanta, Kebenaran Absolut Tertinggi ini disebut sebagai Brahman. Melalui proses olah pikir yang logis, dapat dicapai kesadaran akan keberadaan suatu Realitas Tertinggi yang cerdas di balik alam semesta yang tidak dapat berpikir. Menurut Vaishnava-siddhanta, Brahman ini merupakan Suatu Pribadi Illahi Transendental atau Tuhan. Walau demikian keberadaan Tuhan Tertinggi tidak dapat dijangkau dengan proses investigasi dan pembuktian ilmiah. Pikiran manusia yang bekerja melalui perbandingan yang bersifat antitesis tidak dapat menjangkau Brahman. Keberadaan Brahman dapat ditelusuri, dengan menggunakan logika, melalui fenomena alam semesta yang bersifat sementara ini, namun persepsi langsung akan Brahman hanya berasal dari keinsafan rohaniah dan Revelasi, suatu keadaan dimana Kebenaran itu sendiri bersedia mengungkapkan diri kepada si pencari. Hanyalah melalui keinsafan dan pencerahan rohani akan Pengetahuan yang direvelasikan, yaitu Veda, Upanishad, Bhagavad-gita, dsb. kita dapat mengetahui Brahman, bukan dengan cara yang lainnya.

Menurut Vedanta, Realitas Absolut yang disebut Brahman merupakan asal-muasal tunggal dari segala manifestasi. Brahman adalah Insan Berpribadi dalam artian Beliau memiliki sifat dan ciri yang terdiri dari kesadaran absolut, keberadaan absolut, kekekalan absolut, kemurnian absolut, dan kebahagiaan absolut. Pribadi Tertinggi yang Esa ini atau Brahman, disebutkan dengan banyak nama di dalam Veda, namun yang paling utama di antaranya adalah Narayana atau Krishna. Nama ini menyatakan semua kualitas esensial yang ada dalam Brahman. Narayana dapat dimaknai sebagai Tempat Bersandar Semua Insan. Beberapa makna lain juga diberikan seperti Sang Diri Tertinggi, pendukung dan tempat bersandarnya semua keberadaan. Dalam Veda, para penerima wahyu sering disebut sebagai pengamat (seer). Aspek-aspek Pribadi Tertinggi diungkapkan kepada para Rishi, Alvar, dan Acharya, tidak saja dalam bentuk informasi belaka, namun juga dalam keinsafan akan Pribadi-Nya. Sehingga dengan demikian istilah yang digunakan bagi mereka ini adalah para tattva-darsi, pelihat Kebenaran, melihat dalam arti yang sangat harfiah sekali. Bertatap muka dengan Sang Kebenaran, Pribadi Tertinggi. 

Sri Ramanuja mengatakan, “Tuhan sungguh memiliki rupa/bentuk rohani, yang sangat menyenangkan hati dan tiada cacat cela-Nya. Rupa-Nya ini tidak dapat dijangkau pikiran, tidak tergambarkan, rohani, kekal, dan murni tak bernoda.” Rupa yang tak tergambarkan ini ditampakkan bagi para Rishi, Alvar, dan Acharya. Mereka melihat, namun sesempurna-sempurnanya mereka berusaha menjelaskan melalui bahasa kata-kata, tetap keseluruhan kesempurnaan yang berwujud pribadi itu tak terjelaskan. Ketika Tuhan memperlihatkan Wujud Semesta-Nya kepada Arjuna dalam Bhagavad-gita, kita diberi gambaran oleh Sanjaya, sang pengamat, “Andaikan saja berjuta-juta matahari terbit bersamaan di angkasa, cahayanya tak setara dengan Cahaya Rupa-Nya.”

Sri Jagannath, wujud abstrak dari Pribadi Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa dipuja di kota suci Puri, Orissa, India Timur. Wujud Beliau ini menyatakan bahwa Tuhan berada di balik segala konsep pemikiran dan persepsi yang bersifat duniawi. Sriman Mahaprabhu Caitanyadeva melihat Tuhan Yang Dicintai-Nya dalam Sri Jagannath.

2 komentar:

  1. saya ingin bertanya,
    ada berapa perkara yang paling penting dalam konsep ketuhanan hindu?

    BalasHapus
  2. Tuhan dipahami sebagai salah satu dari tiga tattva atau substansi yang nyata dan benar adanya. Tiga itu adalah Isvara: Tuhan, Cit: insan hidup (conscious being), dan Jagat: alam semesta duniawi (non-living). Tuhan disebut paramasvatantra, mahamerdeka, supremely independent. Sedangkan Cit dan Jagat adalah asvatantra, dependent, eksistensinya tergantung pada Tuhan, karena mereka merupakan atribut dari Tuhan. Tanpa "saya" tidak akan ada istilah "kaki saya", "tangan saya", "mata saya", dsb. Tapi baik saya maupun kaki, tangan, dsb. adalah nyata. Perbedaannya tanpa saya, maka tidak akan ada anggota tubuh saya atau milik saya yang lainnya. Semua ini tergantung pada eksistensi saya. Dalam perumpamaan ini, maka saya inilah Tuhan dalam hubungannya dengan makhluk hidup dan alam semesta.
    Yang terpenting dalam Ketuhanan Hindu adalah memahami hubungan antara kita dengan Tuhan, hubungan antara semua yg ada di alam semesta ini dengan Tuham sebgai sumbernya, bagaimana kita bertindak dalam hubungan itu, dan bagaimana tujuan akhir yg terjadi setelah memahami dan bertindak sesuai dengannya.
    Untuk itu perlu diketahui lima perkara:
    Para-svarupa: kesejatian tentang Yang Tertinggi, siapa itu Tuhan. Sva-svarupa: kesejatian tentang diri sejati, siapa saya. Artha-svarupa: kesejatian tentang tujuan tertinggi, apa yang hendaknya saya capai setelah mengetahui. Upaya-svarupa: kesejatian mengenai cara mencapai tujuan. dan Virodhi-svarupa: kesejatian mengenai hal-hal yg akan menghambat kita mencapai tujuan.

    BalasHapus

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking