Selama beberapa tahun belakangan ini kita selalu mengalami berbagai macam bencana. Mulai dari gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, sampai dengan serangan teroris. Bencana-bencana ini semakin meluas seperti wabah, mengenai seluruh pelosok dunia. Mengapa hal semacam ini bisa terjadi? Veda mengatakan bahwa pola hidup adharmika, yang tidak sejalan dengan hukum alam dan mengesampingkan peranan Tuhan dalam kehidupan adalah merupakan akar penyebab dari semua kesengsaraan ini. Pola hidup dan jalan pikiran adharmika yang dianut oleh sebagian penduduk dunia, mempengaruhi bukan saja individu itu sendiri, tetapi dapat menyebar mempengaruhi keluarga, masyarakat, dan negara. Dahulu kala Rishi Agnivesha dan Rishi Atreya juga sudah membicarakan permasalahan yang sama dan mencari upaya untuk mengatasinya.
Begitu melihat keadaan alam yang sangat menyengsarakan dan membawa kehancuran pada masyarakat, Agnivesha bertanya kepada Atreya yang terpuji, “Tunjukkanlah sebabnya kepada kami, wahai Tuan, apakah yang menyebabkan angin, air, dan tanah menjadi mengganas, dan dengan keganasannya itu mereka berusaha menghancurkan para penduduk dunia.” Atreya yang agung lalu berkata, “ O Agnivesha! Kekacauan yang mempengaruhi angin, tanah, air, panas, dan sebagainya berasal dari pelanggaran. Segala sesuatunya berjalan dalam keteraturan, namun perbuatan-perbuatan manusia dalam memanfaatkan potensi alam melanggar keteraturan itu. Segala bencana ini berasal dari ketidakpatuhan terhadap dharma.
Dengan demikian ketika otoritas yang berwenang di suatu negara, kota, dunia perdagangan, dan segala bidang kehidupan masyarakat lainnya, melaksanakan pemerintahannya atas rakyat dan wilayahnya dengan melanggar aturan-aturan dharma, maka semua yang ada di bawahnya, penduduk kota maupun desa, atau mereka yang hidup dengan menekuni berbagai pekerjaan, akan turut mengembangkan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tidak sejalan dengan dharma. Akibat dari semua ini, secara perlahan-lahan, ketidakteraturan, kekacauan, dan pelanggaran atas hukum alam, akan menelan semua tingkatan masyarakat. Maka dari itu semua orang-orang ini, yang telah membuat hukum menjadi tidak berharga, akan diabaikan dan dicampakkan bahkan oleh para deva yang pengasih.
Kemudian musim-musim akan berubah menjadi musuh manusia, yang telah mengabaikan hukum, yang tindakannya tidak sejalan dengan dharma, dan yang telah diabaikan oleh para deva. Hujan tidak turun tepat pada waktunya, atau bahkan tidak turun sama sekali, atau justru turun dengan membawa bencana. Angin tidak bertiup sebagaimana seharusnya, tanah menjadi tidak subur, mata air mengering, tumbuh-tumbuhan kehilangan khasiatnya dan terserang berbagai jenis hama penyakit. Sebagai akibatnya, manusia akan mati karena terinfeksi penyakit, baik melalui kontak langsung maupun melalui pencernaan.
Begitu pula sesungguhnya hanya adharma ini saja yang mengarahkan kehancuran umat manusia akibat senjata. Mereka yang digerakkan oleh kesombongan, loba, amarah, kesewenangan, dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan dari kekalahan pihak yang lebih lemah, sesungguhnya tengah mempersiapkan kehancuran diri mereka sendiri. Mereka mati terbunuh dalam menyerang orang lain atau karena serangan orang lain. Lagi-lagi semua bencana ini hanyalah akibat dari pelanggaran terhadap dharma, disebabkan pula oleh kekuasaan yang didapatkan dari kekuatan-kekuatan ternoda, bukan berlandaskan kesucian. Ini adalah akibat pemerintahan yang bersifat keraksasaan. Ketika penguasa atau pemimpin negara adalah mereka yang terpengaruh oleh Asura-vesha. Kutukan dijatuhkan kepada mereka akibat mereka menghindar dari kewajibannya, melakukan penghinaan yang merendahkan guru kerohanian, para tetua, leluhur, orang-orang suci (rishi), dan pribadi-pribadi yang layak dipuja seperti para deva. Tindakan ini akan melukai mereka semua, dan sebaliknya juga akan melukai mereka yang melakukannya. Akibat dikutuk oleh pribadi-pribadi yang sepantasnya diluhurkan ini akan menyebabkan pemimpin itu, berikut mereka yang mendukungnya, sanak saudaranya, handai taulannya, dan siapapun yang berada dalam lingkaran pergaulannya akan musnah menjadi abu. Ingatlah bagaimana bangsa sekuat Yadava menjadi musnah hanya karena kutukan seorang rishi! Sejak dahulu kala kehancuran dan kesengasaraan yang menimpa suatu bangsa tidak memiliki sebab selain ketidakpatuhan terhadap dharma yang sejati.
Kejujuran, belas kasih kepada semua makhluk, kedermawanan, persembahan upacara kurban suci, penghormatan kepada para deva, rishi, dan leluhur, ketenangan diri, mengusahakan perlindungan diri dengan melindungi orang lain, hidup dalam negeri yang selalu bersatu padu, senantiasa berpuas hati dan selalu berada dalam pergaulan mereka yang berpuas hati, hanyalah menerima petunjuk dan nasehat dari kitab-kitab suci yang disampaikan oleh para rishi agung yang sudah menaklukkan semua dorongan jasmaniahnya, hidup di lingkungan orang-orang yang benar, yang diberkati oleh para deva, rishi, dan tetua atau leluhur, semua ini akan dapat menyelamatkan seseorang dari penderitaan yang disebabkan oleh keadaan alam yang tidak menentu ini.
Bahkan Konfutse, filsuf besar dari Cina, juga telah merumuskan hal-hal yang sama untuk menjauhkan negara dari bencana. Dia yang menginginkan agar tercipta kemakmuran di seluruh negeri, pertama-tama harus mampu memimpin wilayahnya dengan baik. Agar dapat memimpin dengan baik maka mereka harus memperbaiki pemikiran keluarganya. Agar keluarganya dapat diatur, maka kepribadian mereka harus baik. Agar memiliki pribadi yang baik, maka hati haruslah diperbaiki. Agar hati menjadi baik, maka haruslah berpikir tulus. Agar dapat berpikir tulus, dia harus memperluas pengetahuannya. Pengetahuan diperoleh dengan meneliti semua hal dengan baik. Apabila semua hal telah diteliti dengan baik, maka pikiran terbuka luas, pengetahuan menjadi lengkap. Pengetahuannya sempurna, pikiran akan menjadi tulus. Pikiran tulus, hati menjadi baik. Hati menjadi baik, kepribadian menjadi baik pula. Dengan kepribadian yang baik maka keluarga akan tertata dengan baik. Keluarga tertata baik, rakyat dipimpin dengan baik. Bila rakyat baik maka negara akan makmur sejahtera.
Minggu, 19 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar