Minggu, 12 April 2009

गौडीय Goudiya Vaishnava Sampradaya (1)

Brahma Caturmukha, permulaan dari Sampradaya kita

Sebagian besar orang menganggap bahwa para Goudiya Vaishnava menjadi bagian dari Brahma-Madhva Sampradaya hanya sebatas hubungan dalam silsilah garis perguruan yang dapat ditelusuri sampai Srila Laksmipati Tirtha – Srila Madhavendra Puri Gosvamipada. Kebesaran garis perguruan yang luar biasa ini terutama di Indonesia mungkin hanya diketahui sebatas daftar para guru dalam parampara (silsilah garis perguruan) sebagaimana dimuat oleh Srila A.C. Bhaktivedanta Svami Prabhupada dalam Bhagavad-gita Menurut Aslinya.
Brahma Sampradaya sesuai dengan namanya adalah berawal dari Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta ini. Siapakah Brahmaji ini? Dalam Brhad-bhagavata-amrita 1.2.45-46 dikisahkan bagaimana Sri Narada menemui Ayahandanya, yaitu Brahma, yang dilayani dengan penuh kemewahan yang menakjubkan di alam tertinggi dari seluruh manifestasi kosmis ini yang disebut Satyaloka. Sri Narada bersujud kepadanya dan berkata, “Paduka adalah tempat tercurahnya segala karunia Pribadi Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa Bhagavan Sri Krishna. Paduka adalah yang dipertuan oleh semua Prajapati dan nenek moyang dari semua makhluk. Paduka sendiri menciptakan, memelihara dan meleburkan keempatbelas sistem dunia. Paduka disebut Svayambhu, karena Paduka lahir sendiri sebagai penguasa seluruh alam semesta. Dari keempat bibir padmamu, Veda, Purana, dan semua sastra-sastra suci lainnya, tercipta sebagai penuntun yang menunjukkan tujuan hidup. Mereka kemudian mewujudkan diri dalam berbagai pribadi yang berkumpul di dalam ruang sidangmu. Tinggal di alammu adalah para makhluk suci, yang terbebas sepenuhnya dari keakuan palsu dan kebanggaan. Bersih dari segala noda kesalahan. Setelah menjalani seratus kehidupan dengan melaksanakan svadharma tanpa ada celanya. Di seluruh alam semesta ini tidak ada alam yang lebih tinggi dari kediaman Paduka ini, bahkan Vaikuntha dari Sriman Narayana tampaknya juga berada di sini. Di Satyaloka ini Bhagavan Padmanabha bersemayam dalam wujud Mahapurusha-Nya, memakan secara langsung segala persembahan korban suci, dan memberikan segala pahala kepada para penyembah langsung dari tangan-Nya. Ketika pada awal Paduka muncul, Paduka mencari-cari Beliau yang menjadi sumber diri Paduka, namun setelah begitu lama Paduka belum juga memperoleh darshan-Nya. Kemudian dengan kekuatan pertapaan Paduka, akhirnya Beliau hadir di dalam hati Paduka. Karena itu sungguhlah Paduka dikasihi oleh Tuhan Sri Krishna. Bahkan sesungguhnya Paduka tidak saja dikasihi oleh Sri Krishna, Paduka tiada berbeda dengan Beliau, yang telah menerima berbagai Rupa demi melaksanakan lila semata.” Seperti inilah Sri Narada memuliakan Brahma, sebagaimana pemujian yang telah didengarnya dari Deva Indra sendiri. Tetapi ketika Sri Brahmaji mendengar kemuliaannya dipuji-puji, beliau menjadi gelisah dan menutu-pi kedelapan telinganya. Beliau berkata berulang-ulang dengan keempat bibirnya, “Hamba hanyalah pelayan Tuhan.”
Pada bagian lain dari Brhad-bhagavatamrita (2.2.125-128) ada dikisahkan bagaimana Empat Kumara menggambarkan Brahma kepada Gopa-kumara. “Beliau adalah ayah bagi semua Prajapati. Beliaulah pencipta seluruh alam semesta dan juga adalah ayah kami. Beliau lahir sendiri dan dengan penuh kejayaan menduduki jabatan yang paling tinggi di alam ini. Beliau menjaga, melindungi, dan membimbing seluruh alam semesta. Beliau tinggal di Satyaloka, yang berada lebih luhur dari segala sistem dunia, yang hanya dicapai oleh mereka yang melaksanakan dharmanya tanpa cela selama seratus kelahiran. Sri Vaikunthaloka juga ada di sana, tempat Sri Jagadisvara Bhagavan hadir secara kekal sebagai Pribadi Tertinggi yang memiliki ribuan kepala. Kami telah mendengar bahwa Brahmaji adalah putra dari Sang Pribadi Tertinggi itu, karena beliau muncul dari pusar padma-Nya. Menurut kami bahkan beliau tiada berbeda dari Mahapurusha Sendiri.” Kemudian pada sloka 133-134 dijelaskan bahwa Sri Bhagavan Sendiri mengajar Sri Brahma segala intisari jalan rahasia Bhakti. Seperti inilah Brahma hadir di kediamannya yang luhur itu. Beliau senantiasa mendengarkan ajaran-ajaran langsung dari Sri Bhagavan dengan penuh sukacita, sedangkan beliau sendiri juga selalu memuliakan ajaran-ajaran itu dan mempersembahkan pranamanya berulang-ulang kepada Tuhan. Jadi kita mengenal Sri Brahmaji sebagai Adi-sishya, murid pertama dari Tuhan Sendiri. Pribadi yang paling dimuliakan di seluruh ciptaan ini. Inilah Brahma yang menjadi guru pertama dalam Sampradaya.
Dalam kitab Mani-manjari, Srila Narayana Panditacharya menjelaskan bahwa Brahma menerima inisiasi mantra dari Tuhan Sendiri sebagai Hamsanamaka Paramatma. Hamsa namaka Paramatma ini ada dijelaskan dalam Laghu-bhagavatamrita oleh Sri Rupa Goswamipada, "tubhyam ca narada bhrisam bhagavan vivriddhabhavena sadhi paritusta uvaca yogam jnanam ca bhagavatam atma-satattva-dipam yad vasudeva-sarana vidur anjasaiva, Bhagavan Sri Hamsa dijelaskan dalam Srimad Bhagavatam 2.7.19 sebagai berikut, Wahai Narada, engkau telah diajari mengenai ilmu pengetahuan tentang Tuhan dan pelayanan cinta kasih rohani kepada-Nya oleh Sri Hamsa, yang adalah Inkarnasi dari Pribadi Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Beliau begitu puas dengan dirimu, karena cinta bhaktimu kepada-Nya yang amat sangat besar. Beliau juga telah menjelaskan dengan sangat terperinci kepadamu, rahasia pengetahuan pengabdian suci yang selengkap-lengkapnya, yang hanya dapat dipahami oleh para jiva yang telah menyerahkan dirinya kepada Sri Vasudeva, Tuhan Tertinggi. Mengenai Inkarnasi-Nya sebagai Sri Hamsa, Tuhan Sendiri bersabda, “sakto 'khila-viveko 'ham ksira-nira-vibhaga-vat iti vyanjann ayam rajahamso vyaktim jalad gatah, Sesosok Angsa Mulia muncul dari dalam air. Sebagaimana seekor angsa yang dapat memisahkan susu yang tercampur dengan air, maka Aku mahamengetahui sifat segala sesuatu.”
Kemudian Sri Brahma memberikan inisiasi kembali kepada Caturkumara. Dari Caturkumara dilanjutkan kepada Durvasa Maharishi yang disebutkan dalam Sri Gopala-tapaniya Upanisad. Durvasa Maharishi memberikan mantra kepada Srila Jnananidhi Tirtha, kemudian Srila Garudavahana Tirtha, selanjutnya secara turun-temurun diwariskan kepada Srila Kaivalya Tirtha, Srila Jnanesha Tirtha, Srila Para Tirtha, Srila Satyaprajna Tirtha, dan Srila Prajna Tirtha. Setelah beberapa generasi guru dalam garis Srila Prajna Tirtha, maka sampailah kepada Srila Acyutapreksha Tirtha, diksa-guru sekaligus sannyasa-guru dari Srila Purnaprajna Ananda Tirtha atau Srila Madhvacharya Bhagavatapada.
Sedangkan dalam Gaura-ganoddesha-dipika oleh Srila Kavikarnapura, Prameya Ratnavali oleh Srila Baladeva Vidyabhusana, dan Guru-parampara oleh Srila Prabhupada Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura dijelaskan bahwa Brahma mewariskan pengetahuan rohani kepada Sri Narada, Sri Narada kepada Bhagavan Vedavyasa, lalu kepada Srila Madhvacharya. Kita memahami bahwa garis perguruan dalam Mani-manjari merupakan pewarisan mantra, sedangkan garis perguruan berikutnya adalah berdasarkan pewarisan Vedanta dan Tattva-siddhanta.

Sri Brahma menerima Omkara, Gopala-mantra, Gayatri, dan Catusloki Bhagavata dari Parambrahma Bhagavan Sri Krishna. Dari sinilah kemudian muncul Veda, yang memancar dari keempat bibir padma Brahma, sehingga disebut juga Nigama atau Amnaya. Parambrahma sebagai Hamsha-paramatma kemudian bersemayam di hati Brahma. Lalu Parambrahma sebagai Sri Sri Laksmi Hayavadana mengungkapkan pengetahuan Agamasastram atau Tantrasastram ketika Madhu Kaitabha mencuri Veda dari Mana (pikiran) Brahma. Nigama dan Agama menjadi penuntun utama bagi pengikut garis perguruan Brahma.
Narada Munindra, Putra Brahma, Acharya selanjutnya dalam garis parampara
Bhagavan Vedavyasa, penyusun Veda-Vedanta dan semua sastra pelengkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plurk

Click untuk perbaiki dunia

Stop Smoking